Apa yang harus saya katakan pada 2013? Terimakasih.
Terimakasih pada 2013 yang memberikan kesempatan dengan sangat lapang, hingga hati saya menjadi tangguh. Tidak cengeng.
Padanya, saya diberikan kesempatan mencicipi betapa nestapanya saat harapan itu kandas terbawa dan hilang meresap oleh udara.
Padanya, saya diberikan kesempatan mencicipi sensasi kecewa yang sungguh jumpalitan rasanya.
Padanya, saya diberikan kesempatan mengenyam harapan dan impian, hingga semuanya menjadi buih muntahan.
Padanya, bertubi-tubi saya terpantul-pantul pada jurang mimpi.
Hingga habis saya merangkak, kembali ketepian tempat semuanya bermula.
Dan saya terkapar, di 2013.
Dengan begitu, apa lagi yang harus saya katakan pada 2013 selain terimakasih?
Terimakasih dengan nada tulus ala anak balita yang diberi balon merah muda saat es krim rasa jambunya terjatuh.
Terimakasih dengan nada ikhlas, seperti seorang ibu yang mengetahui anaknya telah bersusah payah membanting tulang menerbangkannya ke tanah suci.
Ya. Terimakasih katagori itu yang saya haturkan pada 2013.
Karenanya, hati saya bebal atas kecap nelangsa hidup.
Kini saya tahu persis kemampuan saya dalam bertarung untuk selanjutnya.
Karenanya, kuat saya berdiri menantang.
Walau tidak semuanya buruk, namun 2013 sungguh menerpa hati hingga sekuat baja.
Beberapa diantaranya sanggup bikin saya tumbang, terbang, kepayang, tercengang, dilanda rasa senang, dan diliputi perasaan hilang.
Bahkan asmara 2013 mengajarkan saya akan satu hal. Bahwa saya siap meninggalkan semua yang berkaitan dengan sementara. Saya jengah dengan romantika anak muda, dan saya ingin berumah tangga. Ini gara-gara 2013.
Baiklah, karena renungan telah dilakukan,
harapan telah dituliskan,
dan semangat telah dikumpulkan.
Maka sambutlah saya yang siap meluncur dibawah pelangi 2014.
Resolution to make revolution!
GO!