Senin, 04 April 2022

Kematian Pertama

 

“If this can no longer resonate, no longer make my heart vibrate, then like this may be how I die, my first death. But what if that moment's right now?”

(BTS – Black Swan)

Di film Soul, ada satu alam di mana jiwa-jiwa yang tidak bahagia di dunia akan masuk kedalamnya. Di alam itu berkumpul manusia-manusia yang tidak sepenuhnya merasa hidup di dunia, tapi secara raga mereka juga belum mati. Di film itu, contoh yang diperlihatkan adalah pegawai kantoran yang berprofesi sebagai akuntan. Dia ini tidak menikmati hidupnya, tapi secara jasmani dia belum meninggal dunia. Mungkin kalau kita bisa bahasakan, hidup segan mati tak mau.

Saya jadi ingat ungkapan yang pernah saya saya baca bahwa kita akan merasakan mati beberapa kali dan hidup kembali sebelum mati yang sesungguhnya. Ya mirip dengan quote pinterest yang cukup terkenal, don’t die before you are dead’.

Lalu sekali waktu, ketika saya iseng scrolling Twitter, saya membaca postingan dari salah satu Army BTS yang membagikan perspektifnya tentang makna dibalik lagu Black Swan. Dia menulis bahwa melalui lagu itu, BTS membagi ketakutan terbesar mereka yaitu jika merasa musik tidak lagi dapat menggerakan hidup mereka lagi. Mereka takut jika suatu hari mereka bangun di pagi hari, dan merasa tidak lagi ingin bermusik, bagi mereka itu adalah kematian pertama.

Dalam hidup, kita punya banyak sekali aspek, mulai dari asmara, keluarga, pekerjaan, pertemanan, pendidikan, keuangan, dan masih banyak lagi. Saya percaya jika kita mencurahkan segenap rasa yang kita miliki untuk satu aspek dalam hidup kita, itu sama saja kita memberikan ‘nyawa’ pada aspek tersebut. Misalnya, jika kita benar-benar ingin menjadi istri atau suami yang baik, artinya kita akan mencurahkan energi dan komitmen terbaik agar rumah tangga kita berjalan sesuai harapan. Tapi kemudian, karna satu dan lain hal ternyata kita harus berpisah dengan pasangan, perpisahan itu saya percaya, akan merenggut bagian tertentu dalam hidupnya dan itu bisa diibaratkan kematian. Betul kita masih hidup secara raga, tapi ada bagian dari hidup kita yang mati. Jadi wajar jika BTS merasa kalau keinginan bermusik mereka sudah hilang, padahal itu telah menjadi mimpi mereka sejak lama, itu serupa dengan kematian.

Membuat label kematian, tentu akan berbeda satu orang dengan orang lainnya tergantung aspek apa dalam hidupnya yang dipandang penting, dan seberapa besar dia mau mencurahkan energinya. Bagi saya, sebutlah saya picisan, tapi kematian pertama saya adalah pada aspek kehidupan bernama asmara.

Bagaimana saya menyadarinya?

Hingga detik saya menulis ini, hanya ada satu kisah asmara dengan satu orang yang merenggut semua hal yang saya miliki dan saya butuh 6 tahun untuk bisa benar-benar pulih. Kisah ini sangat panjang, tapi saya akan ringkaskan sedikit bagaimana saya menyudahi semua kagalauan dan perasaan padanya, hingga merasa inilah kematian pertama saya.

Anggaplah dia ini seperti makanan yang masuk dalam tubuh saya. Makanan ini sebenarnya dari awal juga tidak baik untuk dikonsumsi, terutama jika porsinya terlalu banyak. Namun 6 tahun yang lalu, badan saya masih sangat bugar dan saya belum bisa membedakan mana makanan yang sehat dan mana yang tidak. Satu hal yang saya tahu, makanan ini menimbulkan efek bahagia dan rasanya enak. Beberapa orang yang tahu bahwa saya mengkonsumsi makanan ini sudah mewanti-wanti, “Jangan dimakan lagi, nanti kamu sakit loh”, tapi saya tidak mau mendengar karena memang efeknya menyenangkan dan rasanya enak. Hingga singkat cerita, saya melampaui batas dan makanan itu tidak bisa lagi saya konsumsi. Saya pikir, permasalahan selesai ketika saya berhenti mengkonsumsi makanan itu. Saya pikir, jika saya detoks, maka tubuh saya akan kembali seperti semula.

Nyatanya tidak. Justru kebalikannya, itu adalah awal mula dari perjuangan yang sebenarnya.

Makanan itu terlanjur memberikan efek buruk bagi tubuh saya. Saya terlambat menyadari bahwa efek makanan itu adalah tumbuhnya tumor dalam tubuh. Tumor itu menyebar dan menjadi kanker yang semakin susah saya obati. Walaupun saya sudah tidak lagi mengkonsumsi makanan itu, namun melawan kanker dan tumor yang sudah terlanjur muncul adalah perjuangan yang luar biasa sulit. Setelah semua upaya saya lakukan, barulah di tahun keenam, saya harus mengambil langkah ekstrem untuk mengamputasi bagian dari tubuh saya agar sel kanker itu tidak lagi menyebar. Tumor hilang, kanker dinyatakan tidak ada lagi, tapi saya lumpuh. Lumpuh memang bukan berarti kematian. Tapi mimpi-mimpi saya untuk bisa mendaki gunung, berenang, dan atau bergerak secara bebas terenggut. Dan itulah kenapa saya katakan sebagai kematian pertama. Begitu kurang lebih analoginya.

Teman saya yang tahu betul perjalanan asmara saya pernah bertanya, “Beneran engga ada perasaan apa-apa lagi, Peh?”

Saya jawab, “Engga… aneh banget ya. Aku juga bingung loh. Kayak doaku terkabul, perasaanku kecabut seakar-akarnya. Hampa dan kosong gitu loh.”

Butuh setahun setelah usaha terakhir untuk memperjuangkan perasaan padanya hingga saya menemukan jawaban mengapa perasaan saya tiba-tiba netral dan kosong. Rupa-rupanya, saya tidak hanya menyudahi perasaan padanya, tapi saya memotong kemampuan untuk bisa mencintai seseorang. Betul perasaan saya padanya hilang, tapi kemampuan saya dalam mencintai dan keinginan untuk bisa mencintai orang lain pun ikut hilang. Saya merasa kosong dan kesepian, tapi saya tidak punya urgensi untuk mencari pasangan. Saya tahu bahwa saya harus memulai lagi untuk percaya, tapi kemampuan untuk itu sedang tidak ada.

Bagi saya, ini adalah kematian pertama. Kenapa? Karena dia membuat saya percaya bahwa harapan untuk bisa memiliki keluarga, sesuatu yang dia tahu betul menjadi keinginan terbesar saya karena hal itu tidak saya miliki sejak kecil, dapat terwujud. Sementara diapun tahu bahwa dia tidak bisa mewujudkan harapan itu dan saya dengan naifnya percaya. Saya menyerahkan padanya satu nyawa dan kini nyawa itu hilang.

Tapi tenang, kabar baiknya adalah sebelum kita benar-benar meninggal dunia, akan ada waktunya kita merasa hidup kembali dan mendapatkan kembali nyawa-nyawa kita yang pernah hilang. Saya percaya ini bukan hal yang selamanya. Ini hanya fase. Saya percaya bahwa akan ada waktuNya saya akan kembali hidup, dan kemampuan saya dalam mencintai akan kembali. Hingga saat itu, biarkan saya mencerna kematian ini.


Do your thang with me now. What's my thang? tell me now.

(BTS)

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/1337074883827688/


© RIWAYAT
Maira Gall