Datanglah saya kesana sekitar pukul 8 malam. Penjualnya adalah pasangan suami istri yang baik, saya memanggilnya kokoh dan mbak Anna. Setelah menyapa mbak Anna dan menyebutkan pesanan saya, saya duduk anteng di meja sambil melihat tingkah Grace. Grace adalah putri kecil kokoh dan mbak Anna yang masih berumur 3 tahun.
Saat itu, Grace sedang asik bermain dengan sepupunya. Anggaplah namanya Tina. Tina ini lebih tua 2 atau 3 tahun dari Grace. Selayaknya anak kecil, mereka main masak-masakan dan tetiba menghilang masuk ke dalam ruangan di belakang tempat makan. Tidak lama, Grace datang sambil berlari kecil sambil berkata "Aku mau Milooooo". Mbak Anna langsung melarang, "Engga boleh, nanti perutnya sakit lagi". Tapi Grace sepertinya tidak peduli, ia tetap merengek hingga tangisnya pecah. Sambil menangis dia terus merengek, "Aku mau kayak Tina makan Milooooooo". Sampai dibentak oleh ayahnyapun, Grace masih saja merengek.
Sementara Tina, asik nan santai makan Milo kemasan di depan Grace yang sedang berusaha keras merajuk. Sampai akhirnya mbak Anna meminta Tina untuk tidak makan Milo didepan Grace. Tidak lama, tangis Grace reda dan ia pun kembali ceria sambil lanjut main masak-masakan.
Saya jadi ingat, bagaimana saat ini saya bisa dengan mudah menemukan banyak Grace. Grace yang sepertinya kalau melihat orang makan sesuatu yang tidak diperbolehkannya untuknya, langsung nangis.
Banyak bukan saat ini? Orang-orang yang minta dihargai karena kita sedang puasa, minta dihargai karena kita tidak minum alkohol, minta dihargai karena kita mayoritas. Lalu apa bedanya dengan Grace yang masih berusia 3 tahun? Sudah belasan atau mungkin puluhan tahun melakukan ibadah, tapi masih minta merong-rong kalau ada yang makan depan kita sedang kita berpuaasa, atau minum alkohol depan kita. Memangnya yang ditakutkan apa? Kita jadi ikut-ikutan? Kerdil ya imannya.
Tak hanya yang menjadi seperti Grace, yang menjadi seperti Tina ya juga banyak saat ini. Sudah tau Grace ini anaknya cengeng, masih saja cuek makan Milo didepannya. Mengalah agar Grace tidak lagi menangis dan bisa bermain bersama lagi, bukankah lebih baik? Sudah tau kondisinya akan runyam, malah semakin dipanas-panasi.
Ini memang tentang siapa yang mau menjadi lebih dewasa.
Sungguh pemandangan yang menarik serambi menunggu mie korea saya jadi. Dan setelah kurang lebih 20 menit, akhirnya semangkuk mie korea seafood saya siap dimakan.
Sambil mengantar mie korea, mbak Anna duduk menemani saya makan. Saat saya sedang mengambil suapan pertama, mbak Anna berkata, "Pas banget loh Peh, aku kemaren kepikiran kamu. Ehhh panjang umur kamu ke sini". Saya tersenyum sambil memasukan suapan pertama ke mulut.
Mbak Anna kembali berkata, "Jadi kemaren ada yang makan di sini, sepasang gitu. Si cowonya bilang ke cewenya 'wah pas banget nih, sayurnya banyak'. Aku jadi inget cowo yang kamu ajak ke sini dulu itu loh, yang bilang 'Pas nih, di Jakarta sayur susah'"
Dan tersedaklah saya.
"Eh... maaf ya, Peh..."
"Gapapa mbak.." Kata saya nyengir lebar.
Memaanglah, semesta belum ikhlas saya melupakan manusia yang satu itu.
Ealah.