“If this can no
longer resonate, no longer make my heart vibrate, then like this may be how I
die, my first death. But what if that moment's right now?”
(BTS – Black Swan)
Di film Soul, ada satu alam di
mana jiwa-jiwa yang tidak bahagia di dunia akan masuk kedalamnya. Di alam itu berkumpul
manusia-manusia yang tidak sepenuhnya merasa hidup di dunia, tapi secara raga
mereka juga belum mati. Di film itu, contoh yang diperlihatkan adalah pegawai
kantoran yang berprofesi sebagai akuntan. Dia ini tidak menikmati hidupnya,
tapi secara jasmani dia belum meninggal dunia. Mungkin kalau kita bisa
bahasakan, hidup segan mati tak mau.
Saya jadi ingat ungkapan yang
pernah saya saya baca bahwa kita akan merasakan mati beberapa kali dan hidup
kembali sebelum mati yang sesungguhnya. Ya mirip dengan quote pinterest yang
cukup terkenal, ‘don’t die before you are dead’.
Lalu sekali waktu, ketika saya
iseng scrolling Twitter, saya membaca postingan dari salah satu Army BTS
yang membagikan perspektifnya tentang makna dibalik lagu Black Swan. Dia
menulis bahwa melalui lagu itu, BTS membagi ketakutan terbesar mereka yaitu
jika merasa musik tidak lagi dapat menggerakan hidup mereka lagi. Mereka takut
jika suatu hari mereka bangun di pagi hari, dan merasa tidak lagi ingin bermusik,
bagi mereka itu adalah kematian pertama.
Dalam hidup, kita punya banyak sekali
aspek, mulai dari asmara, keluarga, pekerjaan, pertemanan, pendidikan,
keuangan, dan masih banyak lagi. Saya percaya jika kita mencurahkan segenap
rasa yang kita miliki untuk satu aspek dalam hidup kita, itu sama saja kita
memberikan ‘nyawa’ pada aspek tersebut. Misalnya, jika kita benar-benar ingin
menjadi istri atau suami yang baik, artinya kita akan mencurahkan energi dan komitmen
terbaik agar rumah tangga kita berjalan sesuai harapan. Tapi kemudian, karna satu
dan lain hal ternyata kita harus berpisah dengan pasangan, perpisahan itu saya percaya, akan merenggut bagian tertentu dalam hidupnya dan itu bisa diibaratkan kematian. Betul
kita masih hidup secara raga, tapi ada bagian dari hidup kita yang mati. Jadi
wajar jika BTS merasa kalau keinginan bermusik mereka sudah hilang, padahal itu
telah menjadi mimpi mereka sejak lama, itu serupa dengan kematian.
Membuat label kematian, tentu akan
berbeda satu orang dengan orang lainnya tergantung aspek apa dalam hidupnya
yang dipandang penting, dan seberapa besar dia mau mencurahkan energinya. Bagi
saya, sebutlah saya picisan, tapi kematian pertama saya adalah pada aspek kehidupan
bernama asmara.
Bagaimana saya menyadarinya?
Hingga detik saya menulis ini, hanya
ada satu kisah asmara dengan satu orang yang merenggut semua hal yang saya miliki
dan saya butuh 6 tahun untuk bisa benar-benar pulih. Kisah ini sangat panjang, tapi saya akan ringkaskan sedikit bagaimana saya menyudahi semua kagalauan dan
perasaan padanya, hingga merasa inilah kematian pertama saya.
Anggaplah dia ini seperti makanan
yang masuk dalam tubuh saya. Makanan ini sebenarnya dari awal juga tidak baik untuk
dikonsumsi, terutama jika porsinya terlalu banyak. Namun 6 tahun yang lalu, badan
saya masih sangat bugar dan saya belum bisa membedakan mana makanan yang sehat dan
mana yang tidak. Satu hal yang saya tahu, makanan ini menimbulkan efek bahagia
dan rasanya enak. Beberapa orang yang tahu bahwa saya mengkonsumsi makanan ini sudah
mewanti-wanti, “Jangan dimakan lagi, nanti kamu sakit loh”, tapi saya tidak mau
mendengar karena memang efeknya menyenangkan dan rasanya enak. Hingga singkat
cerita, saya melampaui batas dan makanan itu tidak bisa lagi saya konsumsi.
Saya pikir, permasalahan selesai ketika saya berhenti mengkonsumsi makanan itu.
Saya pikir, jika saya detoks, maka tubuh saya akan kembali seperti semula.
Nyatanya tidak. Justru
kebalikannya, itu adalah awal mula dari perjuangan yang sebenarnya.
Makanan itu terlanjur memberikan
efek buruk bagi tubuh saya. Saya terlambat menyadari bahwa efek makanan itu
adalah tumbuhnya tumor dalam tubuh. Tumor itu menyebar dan menjadi kanker yang
semakin susah saya obati. Walaupun saya sudah tidak lagi mengkonsumsi makanan
itu, namun melawan kanker dan tumor yang sudah terlanjur muncul adalah
perjuangan yang luar biasa sulit. Setelah semua upaya saya lakukan, barulah di
tahun keenam, saya harus mengambil langkah ekstrem untuk mengamputasi bagian
dari tubuh saya agar sel kanker itu tidak lagi menyebar. Tumor hilang, kanker dinyatakan
tidak ada lagi, tapi saya lumpuh. Lumpuh memang bukan berarti kematian. Tapi mimpi-mimpi
saya untuk bisa mendaki gunung, berenang, dan atau bergerak secara bebas terenggut.
Dan itulah kenapa saya katakan sebagai kematian pertama. Begitu kurang lebih
analoginya.
Teman saya yang tahu betul perjalanan
asmara saya pernah bertanya, “Beneran engga ada perasaan apa-apa lagi, Peh?”
Saya jawab, “Engga… aneh banget
ya. Aku juga bingung loh. Kayak doaku terkabul, perasaanku kecabut seakar-akarnya.
Hampa dan kosong gitu loh.”
Butuh setahun setelah usaha
terakhir untuk memperjuangkan perasaan padanya hingga saya menemukan jawaban mengapa
perasaan saya tiba-tiba netral dan kosong. Rupa-rupanya, saya tidak
hanya menyudahi perasaan padanya, tapi saya memotong kemampuan untuk bisa mencintai
seseorang. Betul perasaan saya padanya hilang, tapi kemampuan saya dalam mencintai
dan keinginan untuk bisa mencintai orang lain pun ikut hilang. Saya merasa
kosong dan kesepian, tapi saya tidak punya urgensi untuk mencari pasangan. Saya
tahu bahwa saya harus memulai lagi untuk percaya, tapi kemampuan untuk itu
sedang tidak ada.
Bagi saya, ini adalah kematian pertama. Kenapa? Karena dia membuat saya percaya bahwa harapan untuk bisa memiliki keluarga, sesuatu yang dia tahu betul menjadi keinginan terbesar saya karena hal itu tidak saya miliki sejak kecil, dapat terwujud. Sementara diapun tahu bahwa dia tidak bisa mewujudkan harapan itu dan saya dengan naifnya percaya. Saya menyerahkan padanya satu nyawa dan kini nyawa itu hilang.
Tapi tenang, kabar baiknya adalah sebelum kita benar-benar meninggal dunia, akan ada waktunya kita merasa hidup kembali dan mendapatkan kembali nyawa-nyawa kita yang pernah hilang. Saya percaya ini bukan hal yang selamanya. Ini hanya fase. Saya percaya bahwa akan ada waktuNya saya akan kembali hidup, dan kemampuan saya dalam mencintai akan kembali. Hingga saat itu, biarkan saya mencerna kematian ini.
Do your thang
with me now. What's my thang? tell me now.
(BTS)
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/1337074883827688/ |