"Pergilah sedih, pergilah gundah, jauhkanlah aku, dari salah prasangka.
pergilah gundah, jauhkan resah, lihat segalanya lebih dekat, dan ku bisa menilai lebih bijaksana" -Sherina-
Hidup mengajarkan kita untuk bertahan. Mengajarkan betapa semua titik peluh yang dihasilkan adalah satu usaha untuk bertahan. Entah kita bertahan untuk tetap hidup, atau memang hidup yang mempunyai aturan agar kita bertahan.
Bertahan membutuhkan usaha.Usaha inilah yang akan mengajarkan kita bagaimana sebuah proses itu terbentuk. Usaha yang akan membimbing kita bahwa kelayakan dari setiap hal yang kita lakukan adalah proses untuk dihargai.
Usaha adalah keinginan. Adalah waktu yang harus dilalui. Adalah tenaga yang harus disediakan. Adalah hati yang lapang untuk menerima.
Dengan usaha itu, kita akan mengukur dengan pasti apa yang selanjutnya harus dilakukan. Usaha mengajarkan bahwa payah adalah jerih yang diperjuangkan. Waktu yang dikorbankan, tenaga yang diberikan itu semua akan bermuara pada keikhlasan kita sebagai manusia. Karena usaha akan memberikan jawaban, ya..tentu saja.
Usaha akan mengantarkan kita pada pelajaran. Pada hasil yang akan kita maknai. Pada moral yang akan kita syukuri. Pada hikmah yang tersembunyi malu-malu, menunggu untuk dipahami.
Walau kejam, namun secara pasti usaha hanya akan berbuah pada dua hal yaitu kegagalan atau keberhasilan. Keduanya adalah jawaban pasti dari sebuah usaha. Hal yang pasti akan kita rasakan. Dan yang jelas, baik kegagalan maupun keberhasilan akan punya kisahnya sendiri-sendiri.
Semua paham akan indahnya keberhasilan. Semua akan memanjatkan doa pada sebuah keberhasilan. Akan ada senyum bahagia dan hati yang berbunga yang menyambut keberhasilan.
Tapi, manusia kadang lupa. Manusia kadang khilaf, bahwa keberhasilan itu seperti racun. Jika kita tidak memiliki anti racunnya, maka matilah kita karena itu.
Sehingga tak ada yang berdoa, tidak ada yang meminta, dan sekedar berharap untuk mendapatkan kegagalan."Idih.. amit-amit" kata mereka
Manusia kadang lupa...
Manusia lupa, bahwa kegagalan adalah satu-satunya anti racun dari keberhasilan.
Manusia lupa, bahwa kegagalan adalah shock therapy yang ampuh untuk tak berlama-lama pada keberhasilan.
Mereka menangisi kegagalan dan mulai menyalahkan.
Tapi percayalah bahwa tak akan ada yang salah dari sebuah kegagalan yang tercipta dari proses usaha.
Malah justru, kegagalan yang akan lebih sabar untuk mengajari kita untuk bertahan.
Gagal yang menampar kita untuk tahu bahwa kita sudah layak mendapatkan keberhasilan.
Gagal menyadarkan kita bahwa keberhasilan bukan hal yang mudah untuk didapatkan.
Karena kegagalan yang kelak akan membuat sebuah keberhasilan menjadi berharga.
Gagal yang membuat kita akan bersyukur pada sebuah keberhasilan nantinya.
Sesederhana itu.
Ikhlas melepas,
Rela menerima kegagalan adalah kunci bahwa kita sudah menghargai perjuangan.
Terima itu sebagai bukti bahwa Tuhan selalu tahu apa yang kita butuhkan.
Saat kegagalan datang, saat itu Tuhan ingin kita lebih dekat dengannya dan menebak apa hikmahnya.
Hanya gagal yang akan membuat kita tertunduk dan membuatmu kembali berusaha.
Karena gagal yang akan mendewasakan untuk melihat semuanya dengan lebih bijaksana.
Hanya gagal..
Jadi selamat gagal!
31 Oktober 2012
"Berserah pasrahkan semua, pada yang kuasa. Beri yang terbaik sepenuh jiwa..."