Rabu, 04 September 2013

BISU!

"silence is a loudest cry"


Pipiku panas, air mata menamparku dengan begitu keras.
Aku punya ribuan kata nestapa yang ingin aku keluarkan.

Tapi hingga kondisi berubah segenting inipun, kamu masih sibuk bertanya.

Lucunya kamu ini. Kamu pikir semua hal ingin kamu ketahui haruslah dengan perantara kata?
Lantas bagaimana kamu mencoba menjelaskan cara semesta memainkan hujan?
Bagaimana kamu mencoba memahami cara semesta mengeluarkan larva?
Apakah selama ini kamu hanya memahami pertanda dengan kata?
Tidakkah kamu pahami kata bisa saja berupa angin yang berbisik, hujan yang berderu, bahkan sinar yang silau. Kata bisa berupa lembutnya aku tersenyum. Kata bisa berupa pilunya aku menangis.
Pernahkah?

Lantas setelah kamu tak lagi mendapatkan kata, kamupun pergi. Kamu pergi dengan tetap berfikir bahwa seluruh tanya hanyalah mampu dijawab dengan kata.

Kamu betul-betul lucu…

Pahamilah..
Ada sesuatu yang seharusnya kamu pahami tidak lewat kata.
Sesuatu dibalik senyumku, sesuatu dibalik tangisku, Pernah kamu sadar itu adalah kata yang tidak mampu aku keluarkan?
Aku tidak semampu seperti apa yang dibenakmu. Aku tidak mampu untuk berkata betapa aku ingin kamu ada disini, disampingku.
Sebegitu tidak mampunyakah kamu merangkai semua peristiwa untuk mendapatkan jawaban?
Apakah kamu tidak pernah sadar bahwa paksaanmu padaku tentang kata begitu menyakitkan?

Untukmu, yang mengaggungkan kata.
Berbaliklah dan hadapi aku.
Janganlah bertanya, aku tak punya daya untuk menjawab.
Andai kamu bisa intip sedikit sudut mataku,
Andai kamu bisa bersabar untuk mengorekku lebih dalam,
Andai kamu bisa membaca pertanda,
Andai kamu bisa merangkai semua gerak,
Andai kamu mau membacaku secara tidak biasa,
Mungkin kamu akan ada disini, seperti apa yang aku ingini.

Andai kamu paham.. bahwa aku tak pernah punya kata, untuk semua hal yang aku alami. Aku hanya mampu menyampaikan lewat udara. Bagiku, itu perantara paling mujarab untuk menyampaikan kata. Karena hanya udara yang mampu menyampaikan kata dalam bentuk doa.

Untukmu, yang selalu memahami kata sebagai sebuah pertanda.
Pahamilah..
Bahwa ada sesuatu, yang seharusnya kamu pahami tapi tidak lewat kata.



Tidak lewat kata.

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall