Jumat, 11 Oktober 2013

Menua

Bagaimana kalau saat tua menghadang, kita menghilang saja?

Kita bersembunyi pada kabut, menghirup dalam-dalam sejuk, dan mendengkur pada lereng gunung.
Kita akan biarkan dingin tetap syahdu agar peluk terasa semakin perlu. Biar saja begitu hingga hati berkabung.

Lalu kita akan menatap pucuk daun yang basah karena embun, lalu segelas teh akan tiba saat matahari muncul dengan anggun. Menemanimu dan aku yang sibuk duduk melamun.

Kita biarkan saja masa muda tertinggal jauh pada deru kota dan bersiap berjalan pada waktu. Sehingga nanti, saat waktu semakin menarik semua indah rupamu dan rupaku, diam-diam semakin mendekati detakmu dan detakku, kita hanya tinggal merayakan.

Bahkan ketika waktu akhinya benar-benar tiba, maka kita akan saling mengantar.

Bagaimana kalau kita bungkus setiap malam untuk sibuk menghitung semua cintamu, sesuatu yang jarang kita lakukan dulu. Lantas kita akan menertawai nyali ciut mudamu itu. Boleh juga dengan mengingat betapa konyolnya aku saat tersedu. Dan kemudian tertidur dengan rasa haru.

Jadi,
Bagaimana?

Siapakah kita menua bersama?




Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall