Kamis, 16 Juni 2016

Percakapan kelima: Kejujuran

"You try so hard to figure out. Just what it’s all about. 
You’ll find it on, and on, and on. For what you know it’s true. 
And I say go on and on and on. 
Do all what you can do!"
(Go Now - Adam Lavine)


“Kalau aku harus mencintai kamu, aku mau mencintai kamu dengan aku yang sepenuhnya menjadi aku”  

“Memang selama ini, kamu mencintai aku dengan cara yang seperti apa?”  

“Bukan caranya, tapi aku mau dan harus menjadi aku, saat aku mencintai kamu”  

“Memang selama ini, kamu menjadi siapa saat mencintai aku?”  

“Menjadi aku yang belum kamu tau tentang aku”  

“Bisa lebih spesifik?”  

“Aku ini monster!”  

“Hahahaha...”  

“Aku serius”  

“Boleh ketawa sampai selesai dulu engga?”  

“Engga!”  

“Oh oke. Kamu monster, lalu?”  

“Aku mencintai kamu”  

“Tapi kamu ternyata adalah monster?”  

“Iya. Aku monster dan aku mencintai kamu”  

“Lalu apa yang berubah?”  

“Aku monster. Dan aku bisa merusak kota, jalanan, hingga membuat semua menjadi berantakan. Mungkin kamu juga akan ikut berantakan. Karena aku ini monster. Aku engga bisa bilang kalau aku ini bukan monster, padahal aku ini monster. Aku ingin mencintai kamu seperti ini. Makanya, mulai mulai detik ini, aku akan mencintai kamu sebagai monster. Sebagai diriku sendiri”  

“Sebagai monster?”  

“Iya”  

“Lalu?”  

“Itu yang harus kamu jawab. Aku adalah monster yang mencintai kamu. Lalu bagaimana?”  


Dia diam. Seperti biasanya. Mungkin aku menyakitnya lagi kali ini. Seperti yang selalu rutin aku lakukan dan ia lakukan. Tapi menurutku, tidak ada cara yang lebih baik dari memberitahunya tentang aku dan bagaimana aku ingin mencintainya. Jika cinta memang semurni apa yang orang gadang-gadangkan, artinya kebenaran adalah hal yang harus ia ketahui. Tentang bagaimana aku ingin melihatnya dan bagaimana aku ingin dia melihatku pada warna yang sebenarnya. Pada aku yang sebenarnya.  

“Aku mencintai kamu” Katanya  

“Sebagai monster?”

Dia menatapku, sendu.



Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall