Senin, 07 November 2016

Dialetika Jogja

Kalau kamu dengar, beberapa sudut jogja bercerita tentang kamu.

Ingat jalan Mamgkubumi? Saat aku bawa kamu kesana di malam terakhirmu, saat kunjungan pertamamu?  Aku jujur bingung mau mengobrol apa saat itu, dan aku hanya bertanya ‘kenapa sih putus?’. Lalu kamupun bercerita dan aku takzim mendengar.

Atau mungkin kamu masih ingat belokan kecil di jalan Demangan? Waktu itu, aku mengajak kamu makan es buah. Kita cerita soal buku-buku Pram. Kamu bilang akan menamai anakmu dengan sebutan Ken, katamu “Ken itu artinya bebas jadi apa aja”

Bercerita pula hotel tempat kamu menginap. Maka tiap kali aku lewat, dia semacam membawa gambaran nyata, saat aku mendatangi kamu.

Begitu juga sebuah toko buku di Malioboro. Malam itu, kalau kamu ingat, kita hanya berandai-andai. Lalu aku di belakang jok motor, ternsenyum-senyum sipu.

Lalu tentu saja, tempat makan kwetiau. Malam itu, sebetulnya aku agak malas menemuimu. Jadilah kita bicara tanpa begitu bersemangat, dan lalu kita berkeliling acak mengitari kota ini.

Kota ini berdialetika tentang kamu.

Tentang kita.


Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall