Ketidakpuasan adalah hal yang baik. Tidak melulu hal-hal seperti 'tidak puas', 'tidak suka', atau 'kurang sreg' pada suatu hal harus dikaitkan dengan ketamakan, kerakusan, atau ekstrimnya sikap kurang bersyukur.
Hal ini saya sadari dari seringnya saya mendengar beberapa teman bercerita tentang hidupnya menggunakan kalimat: "Bukannya engga bersyukur nih... tapi....". Entah karena mereka ingin melembutkan materi keluhan mereka, atau memang konsep 'tidak bersyukur' dan 'hal-hal yang tidak kita sukai' hakikatnya adalah dua hal yang berbeda.
Teman saya misalnya, sudah menikah 2 tahun dan belum diberikan momongan. Dalam kasusnya, menunggu datangnya momongan adalah hal yang tidak menyenangkan, karena berbeda dengan saya yang tidak terlalu menyukai anak kecil, dia ini begitu cinta dengan anak-anak, sehingga dia merasa hidupnya akan lebih sempurna jika ada seorang anak dalam rumah tangganya. Tapi toh dia tetap bisa menikmati rumah tangganya dengan baik. Dari dia saya belajar bahwa menikmati hidup bukan berarti kita harus berpura-pura suka terhadap kejadian menyebalkan yang sedang mampir dalam hidup kita. Sebagai manusia, tentulah wajar jika kita mengeluh atau berkata dengan lantang bahwa kita tidak menyukai kondisi di mana kita merasa sedih atau sesak. Selama kita bersedia merubah keadaannya, saya pikir kita boleh-boleh saja mengatakan ketidaksukaan kita. Kecuali jika kita tidak melakukan apa-apa dan hanya bisa mengeluh sepanjang hari, kalau itu yang terjadi, barulah itu yang dinamakan 'kurang bersyukur'.
Pun saya.
Di akhir bulan Juni lalu, saya pergi ke Lombok. Itu adalah kunjungan ke Lombok setelah kunjungan terakhir saya di akhir tahun 2016. Dalam perjalanan dari Bandar Udara International Lombok menuju hotel, saya begitu menikmati sensasi denyutan jantung yang terhibur karena akhirnya bisa lepas dari Ibukota selama beberapa hari. Melihat langit Lombok yang cerah, merasakan lagi deburan ombak pantainya, hingga makan plecing kangkungnya yang mahsyur itu, membuat saya tersadar betapa tidak sukanya saya akan beberapa hal yang sedang saya alami di Ibukota. Perjalanan singkat saya ke Lombok mampu membuat saya kembali berharap agar saya bisa lebih banyak menghabiskan waktu di daerah-daerah ketimbang berada dalam kantor hampir setiap hari. Tapi jangan salah sangka dulu, bukan berarti saya tidak bersyukur dengan apa yang sedang saya alami saat ini, yaitu berada di Ibukota dan menjalani semua aktivitasnya. Hanya saja, saya harus mengatakan bahwa walau tidak semua hal berjalan dengan buruk, tapi ada beberapa bagian yang... yang kurang saya sukai.
Saya merasa lebih mengenal diri saya lebih baik lagi saat ini. Saya kini lebih tahu, pada hal-hal mana saja yang ingin saya kejar dan mana yang ingin saya tinggalkan, apa yang ingin saya tuju dan apa yang ingin saya abaikan, apa yang membuat saya bahagia dan apa yang membuat saya nelangsa. Dan itu semua berawal dari rasa tidak puas dan tidak suka. Perasaan tidak suka dan tidak puaslah yang mendorong saya berusaha lebih keras untuk mencari tahu dan akhirnya berjuang untuk bertahan pada hal-hal yang telah menjadi jalan saya. Karena saya percaya bahwa 'suka' dan 'bisa' adalah dua hal yang jauh berbeda. Kita bisa saja mengerjakan sesuatu hal dengan paripurna, tanpa harus kita sukai. Yaa... paling-paling jiwa kita nanti yang akan mati pelan-pelan.
Untuk itu saya akan menghargai perasaan dan jiwa saya jika mereka merasa tidak nyaman, tidak puas, atau tidak suka akan sesuatu hal. Bagi saya itu adalah sebuah sinyal paling lembut sekaligus paling kuat bahwa saya harus mencari hal lain, atau kembali pada hal lain yang telah menjadi jalan saya. Tentu ini berbeda dengan berada dalam zona nyaman atau takut menghadapi tantangan. Saya pikir, jiwa kita bisa membedakan dengan sangat baik mana hal-hal yang secara alami kita tidak suka, dan mana hal-hal yang walaupun sulit medannya, tapi kita tahu kita harus berjuang. Tidak ada yang harus dipaksa, toh hidup juga bukan tentang paksaan. Hidup itu tentang pilihan. Sama seperti pilihan memakan buah durian, kalau tidak suka, ya pilih saja buah pisang.
It is a good thing to dislike something, that is how Universe tries to lead you into your own path.
1 komentar
Kalau saya tidak suka pisang
Posting Komentar