Jumat, 18 Oktober 2019

Hei, Tarik Nafas...!

Hidup saya jauh dari sempurna, bahkan dalam pikiran dan definisi saya tentang kesempurnaan sajapun, hidup saya masih tidak sempurna. Coreng-moreng di sana-sini, kegagalan di sana-sini, sungguh jauh dari kesempurnaan. 

Tiap saatnya, ada saja hal-hal yang membuat saya sedih dan kecewa. Mau itu yang levelnya tinggi atau rendah, tapi tetap saja hadir dalam bentuk kekecewaan. Sesuatu yang akan membuat saya terdiam dan sedih. Kebanyakan memang berasal dari ekspektasi saya sendiri, atau saya yang salah dalam mengkalkulasi keadaan. Sebagiannya yang lain, terjadi di luar keinginan atau di luar kontrol saya sebagai manusia. 

Tapi dibalik ketidaksempurnaan itu, saya merasa hidup saya lengkap. Pernah di satu hari, saat saya salah mengkalkulasi keadaan dan akhirnya berujung pada rasa kecewa yang harus saya telan sendiri,  saya ingat bahwa teman dekat saya, Aghnia akan memasakan saya spaghetti dengan taburan keju permesan yang banyak diatasnya. Seketika saya merasa hari saya bersinar kembali karena dia mau memasakan saya spaghetti dan kita bisa ngobrol panjang lebar sambil leyeh-leyeh di kosanya. 

Pernah juga, saya mengalami hari yang panjang karena melakukan ini dan itu, lalu saya ingat bahwa Icha ada di kosan dan kami bisa makan snack berdua sambil karokean. 

Mungkin sampai di ambang waktu yang ditentukan untuk saya ada di dunia ini, kesempurnaan itu entah akan terwujud atau tidak. Tapi saya yakin bahwa pertolongan itu dekat, dan itu berwujud pada hal-hal kecil yang selalu ada di sekitar saya. Hal-hal sederhana yang akan selalu menjadi pelengkap dan tidak bisa saya bayar dengan cara apapun juga.

Pun dikatakan dua kali, bahwa setelah kesusahan pasti ada kemudahan. 


Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall