Jumat, 01 November 2013

Cukup

Seorang lelaki yang kutemui bukanlah elang yang dengan perkasa terbang membelah cakrawala dan bebas mengepakan sayap membentuk siluet.
Seorang lelaki yang kutemui bukanlah seorang hujan yang dingin dan tanpa prediksi.
Seorang lelaki yang kutemui tidak pula matahari yang perkasa berdiri angkuh.
Seorang lelaki yang kutemui bukan karang yang tegak dan acuh tak peduli seberapa sering ombak menghantam.
Lelaki ini bukan lelaki yang mampu melakukan segalanya, tapi menemuinya membuatku ikhlas. Sungguh kupasrahkan waktu serta kusajikan semua rongga yang aku punya untuknya.

Di satu rongga waktu,
Aku menemui seorang lelaki dan telah kembali dalam kelananya.
Telah berputar-putar dan memasukan banyak sekali makna kedalam kerongkongannya yang haus itu.
Ia telah mengitari bahaya dan selamat dari amukan nestapa.
Badannya telah terkoyak namun matanya tidak koyah.
Kulitnya tidak terawat dengan baik namun senyumnya membuatku mabuk
Cengkramannya kuat, mungkin karena ia telah bertarung pada setiap sisi gelap dunia.
Dia telah menyisir pilu dan kini ia bertemu denganku.

Di satu warna hidup,
Aku berapapasan dengan seorang lelaki yang sanggup mengajarkanku apa itu cukup.
Kelak, dia akan mampu menjelma menjadi apapun, elang, karang, matahari, hujan, dan angin. Tanpa perlu menjadi salah satunya. Baginya, cukup tak berarti melahap semua sekaligus atau memiliki dengan sporadis.

Cukup lelaki seperti itu yang akan aku temui.
Menicumku dengan semua sabar yang ia simpan.
Melihatku dengan semua syukur yang ia rasa.
Mengajaku berlama-lama melamunkan cinta.
Mendebatku dengan semua bijak yang ia tabung

Menemukan lelaki ini, membuatku cukup.
Karena dia lelaki yang tahu caranya melumatkan arti kata cukup pada setiap inci nafasku.
Mengajariku dengan sungguh,
dan mengantarkanku kepada cukup.

Maka cukup itu saja lelakiku.
Yang mencukupkanku pada cukup.



Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall