Dia membuka pintu kamarnya dan
berjalan menuju kamar mandi. Dia akan kembali ke kamarnya dan mengunci
pintu. AC nya kadang dinyalakan sebentar lalu dimatikan. Sekitar jam 9 atau
10 pagi, kadang juga bisa lebih awal, dia akan membuka jendela kamar dan
menyibakan gorden. Di hari kerja, dia sering rapat virtual, bahkan sering
seharian. Lalu dia akan keluar untuk mencari makan dan pulang tak lama
setelahnya. Pilihan lagu-lagunya cukup monoton, lagu-lagu berbahasa Indonesia
yang itu-itu saja, Dewa 19, Letto, atau ya lagu-lagu cinta. Kadang dia
mengeluarkan suara seperti gemas ketika sedang menonton sesuatu, kemungkinan
besar pertandingan bola. Dia juga sering terdengar mengaji. Beberapa kali dia
membelikanku makanan yang ditaruhnya di meja atau di kulkas. Pernah suatu hari
aku pergi dan dia bertanya aku ada di mana, karena kamarku sepi katanya. Pun
saat sudah lebih dari jam 8 malam aku tidak melihat lampu kamarnya menyala, aku
sedikit cemas menanti kapan dia pulang.
Walau dia ada di balik dinding kamarku, aku tidak begitu
mengenalnya. Kami juga sangat jarang berbincang-bincang, kecuali jika harus berpapasan
di dapur atau di garasi. Saat ini, hanya tinggal tersisa kami berdua, sehingga
semua suara yang dia hasilkan dan semua rutinitas yang dia kerjakan adalah
percakapan terbaik selama masa berdiam diri ini.
Bagi siapapun yang sedang berada
dalam masa-masa seperti ini dan tidak begitu tahu harus pulang kemana, pasti
setuju bahwa kehadiran seorang lainnya akan sangat dibutuhkan. Begitu juga aku.
Aku sudah merasa sangat tenang hanya dengan melihat sendalnya ada di depan
kamarnya atau ketika mendengar ponsel genggamnya mengeluarkan nada dering.
Dengan semua kegaduhan yang dia hasilkan, dia
menemaniku dan membuatku tidak merasa sendirian.
Source: https://id.pinterest.com/pin/672443788100502495/ |
Tidak ada komentar
Posting Komentar