Senin, 18 Mei 2020

Sebuah Percakapan


Dia membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju kamar mandi. Dia akan kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. AC nya kadang dinyalakan sebentar lalu dimatikan. Sekitar jam 9 atau 10 pagi, kadang juga bisa lebih awal, dia akan membuka jendela kamar dan menyibakan gorden. Di hari kerja, dia sering rapat virtual, bahkan sering seharian. Lalu dia akan keluar untuk mencari makan dan pulang tak lama setelahnya. Pilihan lagu-lagunya cukup monoton, lagu-lagu berbahasa Indonesia yang itu-itu saja, Dewa 19, Letto, atau ya lagu-lagu cinta. Kadang dia mengeluarkan suara seperti gemas ketika sedang menonton sesuatu, kemungkinan besar pertandingan bola. Dia juga sering terdengar mengaji. Beberapa kali dia membelikanku makanan yang ditaruhnya di meja atau di kulkas. Pernah suatu hari aku pergi dan dia bertanya aku ada di mana, karena kamarku sepi katanya. Pun saat sudah lebih dari jam 8 malam aku tidak melihat lampu kamarnya menyala, aku sedikit cemas menanti kapan dia pulang.

Walau dia ada di balik dinding kamarku, aku tidak begitu mengenalnya. Kami juga sangat jarang berbincang-bincang, kecuali jika harus berpapasan di dapur atau di garasi. Saat ini, hanya tinggal tersisa kami berdua, sehingga semua suara yang dia hasilkan dan semua rutinitas yang dia kerjakan adalah percakapan terbaik selama masa berdiam diri ini.

Bagi siapapun yang sedang berada dalam masa-masa seperti ini dan tidak begitu tahu harus pulang kemana, pasti setuju bahwa kehadiran seorang lainnya akan sangat dibutuhkan. Begitu juga aku. Aku sudah merasa sangat tenang hanya dengan melihat sendalnya ada di depan kamarnya atau ketika mendengar ponsel genggamnya mengeluarkan nada dering. 

Dengan semua kegaduhan yang dia hasilkan, dia menemaniku dan membuatku tidak merasa sendirian.

Source: https://id.pinterest.com/pin/672443788100502495/


Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall