Jumat, 11 Januari 2013

Hey, kita sang pejuang!


"Cause I'm Fighter.. This Love Fighting For.."

Siapa menurutmu seorang pejuang yang sesunggguhnya?

Cut nyak dien? Pattimura? Habibie? Seorang ibu? Seorang tukang sampah? Atau siapa?

Oke, mungkin terlalu cepat untuk sampai ke ‘siapa’ mungkin kita kita bisa mulai dari lupa point ‘apa’. Jadi marilah dulu kita bicara tentang apa. Dan memangnya apa yang bisa membuat seseorang berjuang? Atau layak dikatakan sebagai seoarang pejuang?

Jadi begini, saya sempat mendapati diri saya merasa sangat tidak ada apa-apanya dibandingkan bagi mereka yang bisa dan pernah pergi ke gunung, ke laut, atau berkelanana dari satu daratan ke daratan lainnya. Bagi saya, mereka itu terutama perempuan yang bisa melakukan hal-hal seperti itu pastilah hebat. Sakti mandraguna kalau kata saya.

Bayangkan,dia pastinya kuat ke naik ke gunung yang berarti harus berperang melawan rasa pegalkan? Lah saya, ke solo naik motor aja udah ngerasa pegel-pegel dan ogah deh, mending naik kereta aja! Lagi, dia bisa bertahan dari dinginnya udara gunung yang entah berapa derajat celcius. Lah saya? saya punya hiportemia, jadi tidak usah menunggu sampai ada di titik terendah untuk menyikas saya. Dia mampu pergi ke satu pulau ke  pulau lainnya tanpa takut hitam. Ya saya tidak takut hitam sih, secara saya memang sudah hitam dari lahir tapi batin saya merasa tidak sekuat itu untuk membiarkan kulit ciptaan yang maha agung ini lama-lama dibawah sinar matahari untuk tujuan kepuasan. Sungguh, saya tak bisa..

Atau ketika dia bisa pergi menyelam, diving, snorkeling, apalah namanya itu sementara saya berenang saja tidak bisa. Wasalam deh buat saya. saya merasa diri saya benar-benar bukan apa-apa dibandingkan wanita yang bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang saya ceritakan tadi. Hebatnya udahlah, khatam!

Atau ketika saya melihat ada orang dengan mudahnya keluar masuk salon untuk kecantikan yang lebih baik dan bisa bebas membeli baju apapun yang dia inginkan hingga menjaga pola makan sedemikian rupa hingga bisa terlihat ayu rupawan 24 jam non stop. Saya? oh no baby no.. jangan harap. Perawatan yang standar saja bagi saya itu cukup. Dengan tujuan menjaga apa yang sudah ada. salon? Ya kalo ada waktu deh. Baju? Hmm.. bagaimana kalau pergi ngawul di sekaten?

Saya lagi-lagi merasa kalah dengan wanita tipe itu yang mampu berjuang menjadi wanita yang enak dipandang semua jenis mata.

Dua tipe wanita itu hanya beberapa tipe wanita yang ada di dunia. Tapi sepertinya mereka berjuang ya kan? Mereka berjuang kan?
Saya tersadar sesuatu disini. Sebenarnya itu ketika hari senin kemarin, saya iseng melihat tayangan kesukaan saya di channel 156 star world. Dan ada satu percakapan bagus di sebuah serial TV New Girl :
“kalo kamu lihat bagaimana awal mula saya, kamu akan tau bagaimana saya berjuang”

Ah..  I got the point!

Semua orang adalah pejuang disini. Kamu. Saya. Dia. Mereka. Semua orang.

Sayapun demikian berarti. Saya seoarang pejuang, mungkin saya satu diantara sekian banyak wanita yang berjuang.

Saya harus berkenalan dengan kemandirian dan kedewasaan mungkin lebih cepat dibandingkan dengan teman sebaya saya. Dengan alasan satu dan lain halnya saya harus berjuang untuk dewasa dan mandiri dengan jalur cepat. Saat teman sebaya saya mungkin masih sibuk memikirkan cinta pertamanya di sekolah menengah pertama, saya juga tak kalah sibuk saat itu. Saya sibuk berkenalan dengan kemandirian. Kemandirian bentuk lain. Saat itu saya dipaksa untuk mengerti masalah orang dewasa tanpa banyak bertanya dan melakukan insrupsi. Yang saya tau pasti saat itu adalah saya harus hidup dengan tidak lagi seperti bagaimana sebaya saya hidup. Untuk pertama kalinya saya dipaksa untuk mengiyakan keinginan orang agar situasi bisa berjalan dengan lebih baik.  Tak hanya kemandirian tapi saya lebih mengerti arti ikhlas lebih cepat sepertinya.
Hingga kini, saya mungkin berdiri seperti wanita-wanita pada umumnya. Berpaikaian rapi dengan make up tipis rambut yang lebih sering dikuncir dan juga semprotan parfum. Sekilas saya biasa saja ketika orang melihat, tapi hey… jika semuanya mengerti saya telah berjuang lebih besar dibandingkan yang lain.

Tak ada lagi terbesit dari hati saya untuk menciutkan nyali atau bahkan memandang diri saya tidak ada apa-apanya dibandingkan wanita lain. Karena sayapun berjuang dengan apa yang juga saya yakini benar.

Saya berjuang dengan deadline di dunia iklan yang luar biasa gila itu. Diangkat menjadi tim creative dalam usia saya yang masih sangat muda. Mempunyai karya. Mampu membayar cicilan motor 36 kali dengan biaya sendiri. Hey, saya juga mampu dan layak untuk dibanggakan dan diceritakan oleh orang lain kan?

See, kalau orang sebiasa alifah farhana saja bisa, apalagi kamu?

Menutup tulisan ini, lagi-lagi saya merasa tersentil pada sebuah peristiwa yang baru-baru ini saya alami.

Seorang wanita yang saya kenal, sebut saja bernama indah, dia baru saja melangsungkan pernikahan. Pernikahan yang terlalu terburu-buru menurut saya. Walaupun saya tidak begitu mengenal indah ini, namun bagi saya pernikahannya cenderung ditutup-tutupi dan juga terburu-buru. Pokoknya pernikahannya benar-benar penuh dengan prasangka negatif. Saya sih tidak diundang dalam pernikahan si Indah ini, ya karena saya tidak mengenal dekat sosok Indah. Hanya saja saya ikut membicarakan si Indah ini bersama dengan teman-teman saya yang lainnya. Ya.. kami membicarakan si Indah ini hamil di luar nikah (sungguh omongan yang…)

Hmm…

Satu bulan setelah pernikahan Indah berlangsung dan obrolan saya juga teman-teman berlangsung. Saya mendapat informasi yang cukup mengaggetkan. Ternyata seorang Indah harus menikah karena masalah ekonomi keluarganya. Cukup klise seperti cerita di TV, tapi itulah yang terjadi. Indahlah yang kemudian menyelamatkan keluargnya dengan keikhlasannya untuk menikah dengan pilihan orang tuanya.

Pernikahan yang biasa. Indah pun sosok yang biasa. Tapi dia.. dia berjuang dan orang-orang mungkin lupa melihat bukan pernikahannya tapi perjuangnnya untuk mengikhlaskan banyak hal.
See, semua orang adalah pejuang. Bahwa kita harus melihat bahwa diri kita telah berjuang untuk apa yang kita yakini benar pun kita harus melihat bahwa semua orang punya perjuangannya sendiri yang tak kasat mata. Karena perjuangan sesungguhnya adalah yang tak tertangkap indrawi bukan?
Jadi hargailah. Hargailah kamu. Dan semua orang di sekelilingmu. Karena kamu, seperti juga saya, tak tahu persis perjuangan macam apa yang pernah dialami oleh orang-orang itu.

Seorang mahasiswi dengan kerja part time, masih bisa menyeleseikan kuliahnya tepat waktu, dan masih bisa membagi waktunya dengan pacar adalah pejuang.

Sama dengan seorang ibu kantin yang memiliki anak banyak tanpa suami yang bekerja juga pejuang.

Bahwa kamu yang masih meraih mimpi-mimpimu pun seorang pejuang.

Seorang anak yang selalu bisa mempertahankan sikap diantara mereka yang labil juga seorang pejuang.

Seorang yang rela dan mampu memendam perasaannya selama bertahun-tahun juga seorang pejuang

Apalagi saya.

Saya adalah pejuang, yang kamu mungkin belum tahu dimana letaknya :)




Karena hidup itu hakikatnya adalah berjuang maka orang-orang yang hidup dinamakan pejuang. Selamat berjuang semuanya.

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall