Rabu, 16 Januari 2013

Jangan Tanya!

Langit, mana hujanmu?
Turunkanlah hujan yang deras.
Saat ini, hanya itu satu-satunya yang mampu membantu.
Hujanlah yang deras, boleh dengan tambahan angin yang seru.
Saat ini, itu yang dirasa paling bijaksana.
Hujanlah yang keras
Karena saya ingin dan harus berjalan di dalamnya.

Agar semuanya hanya mendengar hujan dan anginnya.
Tanpa mendengar tumpah air mata.
Sehingga tak akan ada yang bertanya "Kamu kenapa..."

Hujanlah yang deras.
Hujanlah dengan angin yang seru.
Kalahkan derasnya air mata.
Sehingga tak akan ada yang bertanya "Kamu kenapa"

Hujanlah.
Karena air mata ini tak bisa terbendung.
Tak lama akan tumpah.
Hujanlah air mata ini. Tumpahlah emosinya.
Jangan dengarkan.
Dan jangan tanya saya kenapa.
Dengarkan saja hujannya dan deru anginnya

Hujanlah.
Karena tetesan hujan tidak akan pernah dipungut oleh siapapun bukan?
Sehingga saat ada hati yang bercecer tumpah dan jatuh, tak akan ada yang bertanya "Ini milik siapa?"

Hujanlah.
Karena saat hujan, orang akan menarik selimutnya dalam-dalam
atau duduk sambil mengawasi hingga reda.
Untuk itu hujan menjadi waktu yang sempurna untuk menumpahkan air mata, pecahan hati tanpa ada yang akan bertanya "Kamu kenapa"



Jangan tanya!

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall