Minggu, 26 Agustus 2012

Bintang Bintuni Cerah


Langit bintuni itu indah. Entahlah, rasanya bintang bersinar dengan lebih terang dan lebih bergerombol disini. Rasanya seperti tersenyum mesra pada saya. Atau ini karena faktor listrik?

Lebih dari berpuluh tahun tahun indonesia merdeka dan papua masih harus mengalami listrik yang tersendat-sendat. Masyarakatnya masih menggunakan ganset. Ya, seperti malam ini, saya bebas melihat indahnya bintang tanpa intervensi listrik ataupun lampu yang berlebihan.
Di rumah kayu yang hampir mayoritas ada di bintuni ini saya banyak mengalami pengalaman spiritual. Bahwa betapa rasa syukur pada apa yang sudah kita punya adalah hal yang penting dilakukan. Papua misalnya, dengan alam yang sebagus ini (saya ga bohong, papua ini bagus sekali) terutama di bintuni, tapi mereka masih harus berkutat pada perdaban yang masih teramat sederhana.
Hmm.. saya akan mencoba mendeskripsikan bagaimana rupa dari kabupaten telu bintuni ini. Jika dianalogikan di jogja, bintuni ini tak ubahnya seperti jalan seturan. Pemekaran daerah di bintuni ini memamg memnjang, jadi panjangnya seperti jalan seturan, tapi bedanya ini jauh lebih sepi, Ya saking sepinya, anjing dan berbagai binatang bebas berkeliaran. Disini sudah ada berbagai macam toko yang menjual kebutuhan, bahkan simple fresh saja ada di sini. Walaupun ya harga disini begitu mengejutkan jiwa. harga baksonya 10.000 rupiah. watta..
Air dan listrik begitu langka disini, setiap siangnya masyarakat sini harus menahan kebutuhan akan listrik. Jikapun kepepet maka gensetlah yang akan berbicara, tapi itu juga berarti membutuhkan bensin kan? Dan bensin disana seharga 10.000 per liter. Barulah dimalam hari akan ada listrik yang itupun bergilir. Jadi jika malam ini satu rumah ada listrik, maka besok, rumah ini tak akan ada listrik. hahaha.. Ya selamat datanglah.

Saya mau bercerita tentang orang papua khusunya bintuni. Orang bintuni ini, atau papua secara umumnya begitu menyukai minuman keras yang menyebabkan mabuk. Hampir seluruh orang papua ini mempunyai kegemaran atau entah apa namanya yakni mabuk. Siapa yang mengatakan bahwa papua miskin? Masyarakat papua ini tidak miskin kok, hanya saja, mereka tidak bisa menjaga uang alias saving moneynya rendah. Jadi jika seorang punya uang, maka uang itu akan habis dalam sehari untuk kepentingan mabuk dan kebutuhan rumah tangga. Mereka tidak akan memikirkan kebutuhan hari esok. Ada uang hari ini, habis hari ini. Belum lagi kebiasaan orang papua yang gemar melakukan sex. Entah sex bebas atau yang tidak bebas :p. 
Bayangkan, papua ini gemar melakukan sex bahkan di tempat umum dan menjadi tontonan. Judi juga jadi hal yang biasa dilakukan disini. Tapi secara keseluruhan, mereka masyarakat yang cukup ramah. Mungkin prinsipnya, kamu baik kami segan kali ya..

Selebihnya, saya mengalami migarin yang tak kunjung sembuh karena off road manokwari-bintuni kemaren. wah wah wah, pening kepala saya!
Hari ini hari terakhir kami di bintuni sebelum akhirnya kita akan ke wamesa dan ke desa yansei dan yakati untuk KKN. Hari ini pula, hari terkahir bisa berkomunikasi dengan ayah dan mama.
Komunikasi dengan anak2 KKN bintunipun sudah semakin menacair satu sama lain, dan semoga akan berlanjut hingga akhir.

Bumi cendrawasih dengan bintang yang bertaburan itu seksi, yang sekaligus mengantarkan ribuan rindu pada mereka disana, melihatnya seperti menyandarkan sejenak beban yang ada.

well, selamat malam :)

Bintuni, mess PSKK 9 juli 2012 22:55

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall