Kamis, 02 Desember 2010

TERGEMPUR TEKNOLOGI KOMUNIKASI


Berkembanganya teknologi komunkasi yang semakin pesat saat ini memang menjadikan kita terbuai oleh nikmatnya kemudahan berkomuniaksi. Kini hampir semua orang memilki handphone, kini hampir semua orang memilki account facebook, kini hampir semua orang bisa mengkritik suatu peristiwa yang dibaca sekilas dalam twitter. Kini semua orang ibarat penyokong informasi bagi semua orang.
Apakah hal ini buruk? Tentu saja tidak. Namun ada yang membuatnya menjadi buruk ketika dalam kenyataannya Indonesia ternyata belum sepenuhnya siap menerima tempuran dari teknologi komunikasi yang ada. Konsekuensi tentunya ada dalam setiap teknologi yang berkembngan di Indonesia termasuk teknologi komunikasi.
Untuk itu mari kita bahas apa saja yang menjadikan teknologi itu “buruk” dilihat dari aspek dampak.

Dampak Terbesar dan Akar Masalah
Berbiacara mengenai dampak teknologi komunikasi maka terlebih dahulu, saya ingin mengutarakan pendapat tentang mengapa dampak itu dapat melekat pada setiap teknologi terutama teknologi komunikasi yang memang notabene akrab dengan dunia semua orang.
Menurut saya, adanya ketidaksiapan dari masyarakat Indonesia ketika dikenalkan dengan teknologi komunikasi. Indonesia hingga detik ini masih belum bisa menjadi pencetus pertama teknologi. Indonesia baru menjadi followers yang mengikuti kemana arah berkembanganya teknologi ini. Misalkan saja, ketika seluruh dunia heboh dengan Blackberry maka Indonesia pun heboh dengan mengganti seluruh handphone dengan BB tapi apakah masyarakat Indonesia mengerti secara benar apa maksud dan kegunaan dari BB? Atau hanya sekedar mengikuti jaman?
Motif nasyarakat Indonesia dalam menggunakan teknologi komunikasi yang ada dengan motif ‘mengikuti jaman’ kemudian yang membuat dampak sosial itu akan terus melekat. Inilah awala mula permasalahannya.
Dan dampak terbesar dari adanya motif ‘mengikuti jaman’ yang ada di Indonesia adalah Indonesia akan terus menjadi followers bagi perkembangan teknologi. Mengapa? Ya karena kita selalu menunggu dan siap menggunakan teknologi yang masuk tersebut. Tidak ada dalam kamus Indonesia untuk membuat teknologi baru dan memerkan ke seluruh dunia. Andaipun ada produsen dari Indonesia yang membuat teknologi itu yang kemudian menjadi masalah sekaligus dampak sosial selanjutnya adalah ‘apakah masyarakat Indonesia mau menggunakan teknologi komunikasi asli Indonesia itu?’ subjektif saya, saya sangsi!

Berefek samping
Meningkatnya rasa percaya diri
Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.
Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras
Menurut Paul C Saettler dari California State University, Sacramento, hasil tersebut muncul karena banyak penelitian membandingkan pendidikan yang konvensional dan yang dibantu teknologi tidak pernah berhasil melakukan perbandingan setara karena banyaknya aspek yang tidak teramati. Satu hal yang pasti, interaksi anak dan komputer yang bersifat satu (orang) menghadap satu (mesin) mengakibatkan anak menjadi tidak cerdas secara sosial.
Violence and gore. Violence and gore ini adalah bentuk kekekrasan atau tayangan kekerasan kyang ada di dunia maya. Banyak situs yang ada di internet membuat ratusan ribu situ situ bererbut untuk memperoleh pengunjung. Hal yang mereka lakukan untuk dapat memikat pengunjung adalah dengan menampilakan aksi kekerasan. Padahal aksi kekerasan ang terdapat dalam games atau internet itu lebih berpotensi buruk daripada kekerasan yang ada di televisi. Apa dampaknya? Anak-anak atau remaja yang melihat akan lebih agresif, anti sosial, dan cenderung menirukan di dunia nyata.

Addiction. Iya, ketergantungan terhadap komputer. Dampak sosial yang terjadi adalah anti sosial yang akan semakin banyak merajarela. Pasti!

Harus bagaimana?
Indonesia sebenarnya bisa meminimalisir dampak sosial yang ada. Bisa saja kan Indonesia menolak masuknya teknologi komuniaksi baru yang dinilai belum dapat diefektifkan oleh masyarakat Indonesia, tapi sayangnya ini jamannya globalisasi yang semuanya akan tanpa batas bertindak.
Lantas harus seperti apa?
Itulah yang menjadi pertanyaan besarnya.
Kita harus apa dengan gempuran teknologi komunikasi ini?

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall