Selasa, 03 Januari 2017

Pengulangan itu bernama ketakutan

Kadang saya berfikir bahwa ketakutan merupakan sebuah fase. Artinya, kalau kita berhasil mengatasi ketakutan kita pada hal tertentu di saat tertentu, maka ketakutan itu akan hilang dan tidak akan pernah datang lagi. Atau setidaknya bukan ketakutan yang sama, yang akan datang.  

Tapi ternyata, engga begitu realitanya.  

Misalnya, dulu saya punya ketakutan tentang gimana kalau seumur hidup, engga akan pernah ada lelaki yang berhasil tahan sama saya, atau bagaimana jika saya engga pernah bisa menikah karena semua lelaki di dunia ini kabur setelah dengar cerita-cerita saya. Sampai saya bertemu dengan lelaki yang berhasil tahan dengan saya, bahkan ketika sudah mendengar nyaris semua kisah-kisah saya.
Saya pikir, ketakutan itu sudah terpecahkan. Ketakutan jenis itu setidaknya, saya pikir sudah hilang dan tidak akan saya temui lagi.

Tapi nyatanya engga begitu.

Setelah saya dan lelaki itu tidak lagi bisa bersama, saya merasa dihampiri ketakutan yang sama. Lebih parah malah. Saya takut kalau saya tidak lagi punya kesempatan untuk bertemu laki-laki yang bisa tahan, bahkan setelah mendengar semua cerita-cerita saya.

Ah...

Sepertinya, ketakutan hanya akan hilang sejenak dan akan kembali lagi. Ia akan kembali menemui kita dalam bentuk yang berbeda. Engga peduli seberapa kuatnya kita mengalahkan ketakutan itu, dia akan kembali dengan caranya yang tidak tertebak.
Ketakutan yang lama, hanya sanggup memberikan kita gambaran untuk bertahan, tapi tidak pernah benar-benar bisa membuat kita terbebas dari ketakutan.

Ternyata, ketakutan hanyalah sebuah pengulangan.


Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall