Rabu, 18 Januari 2017

Rabu dan Sebuah Patah Hati Yang Sudah Ditunggu-tunggu

Kadang, aku merasa bahwa semesta hanya mempermainkan kita dalam satu hubungan yang sedemikian rumitnya. Merasa bahwa jarak, waktu, dan semua bentuk halangan dan rintangan hanya sebuah cara agar aku dan kamu tumbuh dan berkembang menjadi seorang pribadi yang baru.

Dengan atau tanpa memberitahumu, aku sering sekali rindu. Misalnya, di malam ketika aku datang ke sebuah rumah sakit dan aku melihat orang sedemkian mirip denganmu. Kupandangi saja lelaki gendut itu, hingga aku merasa bosan, barulah beranjak. Hitung-hitung penghilang rindu gratisan.

Pernah juga, aku tetiba mencium aroma yang entah kenapa begitu mirip dengan aromamu. Kamu pasti tidak sadar kalau memiliki aroma khusus, ya kan?. Tiba-tiba aku ingin sekali terbang, menghilang, atau bagaimanalah caranya agar bisa menemuimu.

Oh yang paling parah, sehabis aku menonton 'Cek Toko Sebelah', oh jangan tanya bagaimana rasanya jadi aku. Rindu berat!

Beberapa kali, aku merasa bahwa disana, atau dimanapun kamu berada, kamu juga rindu aku. Mungkin ketika tanpa sengaja kamu melihat wanita kecil mirip aku, atau kamu melihat seseorang sedang mengupil, atau nama yang mirip denganku. Kadang aku merasa, aku tidak pernah rindu sendirian. Pun kamu, pernah berkata demikian kan?

Denganmu, patah hati terasa monoton. Rindu dan pertengkaran justru terasa lebih menyenangkan. Tapi patah hati, entah mengapa terasa begitu membosankan. Entah mungkin karena denganmu aku sudah mengalami banyak sekali kalimat perpisahan yang pada akhirnya pun tetap tidak membawa kita pada sebuah perpisahan. Atau karena mungkin, patah hati yang sebenar-benarnya belum pernah terjadi. Coba saja kalau kamu ingat, jenis perpisahan macam apa yang belum pernah kita coba? 

Kadang aku merasa, bahwa semesta memiliki jalan tak kasat matanya yang menarikku padamu lagi dan lagi tanpa bisa tertolak. Seperti hari ini ketika aku kembali jatuh pada gravitasimu.

Kalau saja kamu tahu, aku sering membayangkan, apa jadinya kalau suatu hari nanti, aku harus berpapasan denganmu dan dia. Atau apa yang akan aku katakan, jika kamu datang dan berkata 'aku akan bersama dengannya, selamanya'. Mungkin itu akan jadi patah hati yang sebenarnya.

Tapi, aku belum pernah membayangkan,bagaimana jika... dengan tanpa sengaja, aku melihat sebuah foto dimana ada kamu dan dia sedang tersenyum bersama.

***

Tadinya aku ingin menulis tentang bagaimana kamu, yang selalu aku sederhanakan menjadi secangkir coklat panas di penghujung hari: hangat, manis, dan menenangkan.
Namun sekali lagi, semesta berbicara berbeda sore ini.

Fotomu dengannya dengan paras yang begitu sumringah, menjadi kejutan yang tidak terbayangkan sore ini. Menembus segala pertahanan, membuat kaku seketika.

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall