Minggu, 31 Mei 2015

Bait Pertama

Kemarin saya mendapat free access untuk melihat Sheila on 7 manggung di salah satu kampus di Yogyakarta. Well, itu bukan kali pertama saya melihat Sheila On 7 dan karenanya, saya tidak begitu euforia. Tebakan saya, mereka akan membawakan song list yang itu-itu lagi.

Dan saya benar!

Tapi bukan itu yang mengganggu saya, yang sedikit mengusik saya adalah ketika saya mendengar sepenggal lagu dari album musim yang baik dinyanyikan oleh Om Duta semalam. Kurang lebih liriknya begini, “Please Baby say, you love me too…”. Saya hanya bisa melongo loh dengernya. Itu beneran tuh liriknya Sheila begitu?

Saya memang bukan pengamat musik, saya hanya penyiar yang sudah siaran selama hampir 7 tahun. Jadi maaf kalau kuping saya belum peka untuk urusan musik. Pun belum jelas apakah saya masuk dalam katagori Sheila Gank atau bukan, tapi yang jelas, Sheila on 7 adalah band yang saya masukan ke dalam ucapan terimakasih saya di skripsi. Itu saking seringnya saya mendengar lagu-lagu Sheila. Bahkan saya memasukan erros Chandra sebagai salah satu penulis lirik favorite saya di Indonesia. Dengan background saya yang masih ecek-ecek ini, tentulah saya tidak qualified untuk menulis review untuk band sekaliber Sheila on 7. Hence, jangan masukan pendapat saya ini sebagai pendapat professional ya, saya ini sedang mbacot.

Oke, kembali lagi ke konser. Alhasil, sepanjang konser, saya menyadari bahwa saya adalah penggemar Sheila yang posesif. Saya ternyata tidak bisa terima ketika mereka tidak lagi membuat lagu-lagu klasik macam dahulu kala. Ekspektasi saya, Sheila akan tetap membuat lagu dengan lirik-lirik seperti ini:

“Seakan-akanlah kau tetap disini….” Dari lagu last pretence
“Kau kemasi kasih sayangmu, bergegas ambil langkah sendu” dari lagu Berai
“Tetes tatapmu, iringi tanyaku..” dari lagu tanyaku

Itulah mengapa saya merasa sedih karena kehilangan greget Sheila On 7. Atau mungkin ini saatnya pasrah ketika akhirnya Sheila on 7 pada akhirnya harus mengikuti perkembangan jaman (atau kemauan label, atau Mas Erros sudah engga galau asamara lagi) untuk membuat musik yang 'lebih anak sekarang'. Entahlah.

Tapi ini tidak hanya terjadi pada Sheila On 7 saja, ini juga terjadi pada Peterpan. Kemana Ariel sang maestro lirik itu?
Saat Noah akan rilis, saya salah satu orang yang setia menunggu. Begini-begini saya ini penggemar Ariel loh. Tapi ketika Noah keluar dengan hits pertama dengan lirik yang “Karna separuh aku, dirimu…”, saya sedih. Kemana Ariel yang menciptakan lirik “Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya, aku bertanya pada tua, langit tak mendengar”. Di telinga saya, Peterpan bukanlah Noah. Jadi maaf ya bang Ariel, saya lebih sering memutar lagu-lagu Peterpan ketimbang Noah.

Saya menempatkan lirik sebagai komponen yang penting dalam sebuah lagu.
Jujur, sulit bagi saya mencintai musik Indonesia. Mereka yang mendapat atensi saya adalah mereka yang sangup menciptakan lirik dengan diksi yang seksi. Itu kenapa, saat ini maliq and d’essential masih jadi kesayangan hati.

Liriknya bikin senyum-senyum “Coba bayangkan sejenak, sepuluh tahun lagi, hidupmu. Coba bayangkan sejenak, misalkan ada aku, yang menemani hari, demi hari yang tak terhitung, misalkan itu aku yang terakhir untukmu, untuk itu kan kupersembahkan, Himalaya….”

Tapi ini bukan sekedar lirik. Saya melihat mereka mencoba merepresestasikan kondisi percintaan anak jaman sekarang melalu lagu terbaru mereka, yang mana, buat saya itu terdengar sangat menye-menye. Apakah perlu band sebesar Sheila On 7 atau Noah, berkutat di lagu cinta standar? Saya yakin seyakin-yakinnya, definisi mereka tentang cinta pasti lebih dalam. Kemana mereka yang bisa menangkap cinta dengan pandangan yang berbeda?
Ada apa dengan mereka?

Lirik bukan hal yang bisa disepelekan. Jika nada adalah kurir, maka lirik adalah pesananya. Jadi terletak di liriknyalah semua pesan dan curhatan hati itu.
Lirik yang baik akan mengantarkan pendegar pada imajinasi. Dan karena imajinasi itu terletak di kepala, lirik yang baik akan membuat sebuah lagu menjadi lebih tahan lama berada di pikiran, dan di hati tentunya.

Itu hanya sekilas pandangan saya tentang Sheila on 7. Lupakan sajalah. Toh bagaimanpun juga, saya selalu terhibur melihat Sheila On 7. Apalagi bonusnya mendengar Om Duta berkata "Piye sih?". Ah lelaki dari Jogja itu emang seksi ya... #eh

Sambil kita kenang kembali saat mereka punya lirik dahsyat yang membuat saya rela lompat dari atas pesawat, dalam lagunya yang berjudul bait pertama.
"Di sini ku menggenggam, takdir di tanganku. Aku coba menahan tak menangisimu. Di bait pertama.Di bait pertamaaaa..."

Yak semuaaaa~

"berjalaaaaaan... hidupku, tanpamu...."



#31harimenulis
#bonus

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall