Jumat, 14 Juni 2013

Kereta Api

"Do not wait: the time will never be 'just right'" (napoleon hill)



Salah satu tempat yang paling ingin aku kunjungi bersamamu adalah stasiun. Duduk berdua dalam ruang tunggu dan tertawa-tawa melihat orang terburu waktu. Ya, cukup kamu dan aku. Melihat orang-orang hilir mudik di sekitar kita sambil sibuk membicarakan semua hal. Ohya, kita bisa beli arum manis yang bisa kita comot berdua. Pasti menyenangkan!

Kita cukup duduk berdua saja di tengah ruang tunggu dengan kereta api yang akan datang dan pergi sesuai jadwal. Dengan kaki berselonjor, di waktu senja hingga malam tiba. Kamu cukup kenakan kaos dan aku akan kenakan terusan bunga kesukaanku. 

Bahkan aku sudah lebih dari hapal  untuk bisa menebak tanggapanmu, setiap aku menyatakan ideku ini. Kamu akan bertanya : "Stasiun? Ga bandara sekalian?" sambil tertawa, dan itu akan berujung pada cubitan gemas di perutmu.

Tapi sungguh, aku ingin duduk berdua denganmu di stasiun kota ini. Melihat seorang wanita yang sibuk menggendong tas bacpackernya atau sekedar melihat rombongan anak SMA yang akan melakukan perjalan keluar kota. Sambil mengamati mereka, sudah kubilang, kitapun akan membicarakan  apapun yang menurut kita menarik. 

Karena tahukah kamu, kereta api dan stasiun bagiku adalah lambang perjalanan yang nantinya akan kita lewati bersama. Dan aku ingin mengajakmu merasakan maknanya. 

Lihatlah kereta api dan jadwal yang tertera di stasiun ini, kadang tak sesuai bukan? Jadwal menunjukan kereta akan datang jam berapa namun kenyatannya kadang tak sesuai. Begitu pula hidup bukan? Kadang apa yang kita harapkan akan datang pada waktunya, namun kadang kita harus menunggu sejenak datangnya. Ya, aku ingin berbicara tentang sabar.

Lihatlah pada antrian orang-orang ini di loket. Lihat betapa inginnya mereka mendapatkan tiket untuk bisa sampai ditujuan. Ada yang akhirnya mendapatkannya namun tak banyak yang akhirnya tak mendapatkan tiket. Lihat ekspresi orang-orang itu, ada yang memutuskan untuk membeli tiket yang mahal asalkan tetap bisa berangkat namun ada pula yang harus rela untuk kehabisan tiket. Begitupun kita menjalani hidup bukan? kita harus berjuang mendapatkan apa yang kita mau. Tapi bersiaplah untuk kecewa, karena kadang kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan ya, aku sedang berbicara tentang perjuangan. 

Di stasiun nanti,  saat kita duduk, kita akan banyak sekali plang tujuan dengan orang-orang yang sibuk mencocokan tiket dengan plang tujuan. Karena begitulah hakikatnya. Stasiun akan mengantarkan orang-orang pada tujuan mereka. Pada pulangnya atau pada perginya. Tempat duduk kita ini hanya sebagai tempat singgah untuk tempat pergi atau tempat pulang bagi mereka. Begitulah selalu hidup ini sayangku, akan selalu ada tempat pulang dan pergi. Tanpa itu kita akan duduk termenung di tempat tunggu. Aku ingin kamu tau tentang sebuah perjalanan yang secara konstan akan terjadi. Disini aku mengajakmu untuk konsisten dengan menetapkan pulang dan pergimu.

Kita mungkin akan terbahak melihak beberapa orang ketinggalan kereta. Tapi dari situ, kita akan tau bahwa waktu akan bergerak konstan tanpa peduli kita akan tertinggal atau kecewa. Maka tak ada yang bisa kita lakukan selain bijaksana dalam melalui waktu.

Ah aku lupa memberitahu alasan mengapa kita harus duduk  di tempat tunggu. Duduk disini akan mengajarkan kita tentang sesuatu yang menjadi teman hidup, dan itu adalah menunggu. Untuk itu, pastikan kamu tidak menyalahi waktu yang nanti akan membuatmu menunggu.  

Dan dari semuanya, di stasiun kita akan melihat bagaimana semua perjalanan ini akan terbungkus baik jikalau kita ikhlas melaluinya. Ikhlas untuk berdesak-desakan mengantri tiket, menunggu, dan akhirnya tiba di tujuan. 

Hidup hanya seperti lalu lalang stasiun. Pastikan kamu telah membeli tiket untuk tujuan hidupmu kelak. Tapi jauh sebelum itu, kamu harus tau kemana kamu akan menuju dengan keretamu. Pastikan kamu menunggu di tempat yang tepat, agar kamu tidak salah. Pastikan kamu mengatur waktumu agar tidak tertinggal. Dan serambi menunggu, kita bisa duduk beromansa berdua hingga matahari terbit dan tenggelam tanpa kita sadari. Hingga akhirnya, kereta itupun datang. Entah terlambat, entah tepat waktu. Ya, aku ingin kamu terbiasa dengan menunggu tanpa tergesa. Proses itu bagaimanapun juga harus kita lalui dalam hidup bukan?

Ah sudahlah..

Kapan waktumu? Mari kita duduk berdua, hanya berdua di sebuah stasiun sambil melihat kereta api. Sambil merenungi bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan yang kadang kita harus terburu-buru untuk melaluinya, kadang harus membuat kita bersabar menunggu, dan sesekali kadang dalam perjalanananya, kita akan berjalan santai. 


 

#31

 #31harimenulis

#bagian2

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall