Selasa, 04 Juni 2013

Mbel!

Biar tubuhmu berkelana… lalui kegelisahan, mencari keseimbangan, mengisi ketiadaan…” ERK


Ghora, kamu selo ga? Aku butuh temen nih buat bikin lomba”
oke deh. Emang kapan deadlinenya?”
besok!”
Itu kurang lebih percakapan singkat yang terjadi antara saya dan ayudha ghora dhira.
Pada awalnya kami tak begitu banyak mengenal satu sama lain. Simple aja sih, karena kami dipisahkan oleh kelas yang berbeda. Ghora kelas A, dan saya kelas B. Bahkan ketika kami berdua ada di satu konsentrasi yang sama “komunikasi strategis” pun kami masih belum banyak berinteraksi. Ghora dengan teman-temannya dan juga kesibukannya, begitu juga dengan saya. Hanya satu pikiran saya tentang ghora : ‘anak pinter’ Hahaha :p
Namun karena pada dasaranya saya orang yang cukup bisa berbaur dengan berbagai jenis manusia di komunikasi. Sehingga beberapa kali kami sering bertukar sapa jika berpapasan di kantin atau selasar kampus. Tapi ya hanya sebatas itu.
Saat itu, kampus tengah mengadakan workshop ‘copy fighter’ dan memang bukan tanpa sebab ketika saat itu saya duduk dan ghora yang datang terlambat pun duduk di sebelah saya membuat percakapan itu terjadi.
Itu lomba iklan pertama yang kami ikuti bersama. Dan menjadi finalis!
Kami tidak menang, tapi setelah itu kami tak terpisahkan dari hal-hal lomba.
CITRA PARIWARA
Saya ingat saat kita berdua, di hari raya idul adha, harus melakukan eksekusi untuk citra pariwara yang akhirnyapun tidak kami menangkan. Jangankan menang, menjadi finalispun tidak. Waktu itu, di hari idul adha, saat selesai sholat, dan saat jogja diguyur hujan. Kami pergi ke malioboro untuk mencari insight dan juga shooting. Berbekal kamera, hujan yang rintik-rintik itu kami nekat kami terabas demi melakukan eksekusi karena dikejar deadline. Tapi apa saya merasa lelah? Jujur saya malah menikmati setiap proses eksekusi citra pariwara saat itu.
Tapi erjuangan kami belum selesai.
Kami harus melakukan konsultasi ke rumah mas matahari, dan ban motor ghora saat itu kempes. Ada-ada saja kan?
Hingga kami menyelesaikan semua eksekusi dan membuat presentasi di Unisi. Kami tidur dan menyelesaikan paginya. Seperti biasa, di last minute kami tetap saja beradu argumen tentang konsep akhir.
Apakah karya kami menang? Tidak! Tapi dengan proses citra pariwara itu saya belajar tentang eksekusi sebuah campaign dan membuat campaign yang benar. Benar kata orang, guru paling berharga adalah pengalaman.
CARAKA
Tahun 2011, saya menjadi panitia inti dari pinasthika. Sibuknya ampun-ampunan. Saat itu saya juga masih mengikuti gardep. Dan saya mengajak ghora untuk mengikuti caraka. Sifat buruk ghora yang hingga detik ini saya benci ada 2 yaitu molor dan kalau janjian, kata-katanya suka ga bisa dipegang. Ish..
Mengikuti caraka saat itu bukan hal mudah bagi kami. Saya punya banyak tanggung jawab dan juga ghora, tapi tetap saja kami berusaha berkarya dengan semua keterbatasan kami. Brainstorming di malam hari, bolak-balik sana-sini supaya karya bisa jadi.
Menjelang deadline pukul 00.00 kami negbut mengirim karya melalui online dan juga membayar di daerah seturan. Hahaha…
Apakah caraka menang? Tidak!
Tapi apa yang saya pelajari? Saya belajar tentang objective dan memahami brief.

FUTURE LIONS
Saya dan ghora bahkan pernah beberapa kali mengikuti lomba international. Salah satunya future lions.
Saya ingat, saat itu kami merasa buntu tidak memiliki jalan keluar untuk memecahkan brief. Hingga akhirnya, brief terpecahkan saat kami makan siang di mudi rejeki selokan mataram dengan iringan tawa yang membuncah.
Dan disitu pertama kalinya kami mengeksekusi lomba dengan menggunakan after affect lengkap dengan VO orang asing. Begitu perjuangan yang kami lakukan luar biasa. Saat karyanya jadi, kami melihat karya itu seperti bayi yang baru lahir. Rasanya puas!
Apakah kami menang? Tentu saja tidak!
Tapi apa yang saya pelajari? Saya mempelajari trend online di dunia.
PEKAN KOMUNIKASI
Awal tahun 2012, kami mengikuti pekan komunikasi UI dengan brief yang cukup menantang, tentang LGBT. Di setiap perlombaan, memang selalu saya yang mengambil porsi lebih banyak untuk riset. Terlebih untuk lomba ini, saya yang harus pontang-panting riset hingga ke PKKBI. Bertemu semua pihak yang berhubungan dengan LGBT. Saya sih selalu senang bisa riset, itu cara saya untuk bisa mendalami brief. Tapi untuk brief yang satu ini, saya ingat apa kata ghora. Dia dengan cueknya berkata “kowe wae peh sing riset, aku wedi je…” woalah! Telo!
Hingga saya riset dan saya mengrimikan sebuah pesan singkat kepada ghora “you no nothing about LGBT, ra sah cingkimin” dan balasan apa yang saya dapat? “woh! Apik kuwi nggo jeneng kempen” -___-
Pekan komunikasi membawa kami ke Jakarta, ini lomba ke dua yang membawa kami menjadi finalis.
Di Jakarta, kami harus mengerjakan brief akhirnya. Tentang membuat orang-orang di Jakarta mau berinteraksi diruang publik. Selama 48 jam, kami lebih banyak bertengkarnya daripada berdiskusinya. Tapi ibarat kata persahabatan, tanpa ada musuhan, maka akan hambar jadinya. Begitulah..
Dan singkat cerita.
Kami menang! Juara 1. GOLD!
Tapi cerita tidak se happy ending itu.
Ghora meninggalkan saya di malam awarding. Tapi saya maklum, ghora seorang yang sangat menjujung tinggi hubungan asmaranya. Dan saya cukup paham peran saya, sehingga saya membiarkan ghora pergi toh akhirnya kami menggondol pialanya.
Itu pengalaman tak terlupakan. Setelah sekian lama kami jatuh bangun dan akhirnya kami menang.
Apakah nilainya pada kemenangannya? TIDAK! Tentu saja tidak. Kali ini saya belajar tentang proses membuat kampanye sosial yang nyaris sempurna.


Dan masih banyak lagi…
Semua lomba mempunyai kenangan tersendiri bagi kami. Bahkan lomba terakhir yang kami ikuti sebagai mahasiswa adalah karya raya di UI Depok. Kali kedua kami ke UI.
Lomba ini memiliki segi emosional tersendiri bagi saya. Kami menerobos kajamnya Jakarta di pagi hari sambil tertawa-tawa getir. Kami berada di UI dengan cueknya berbicara bahasa jawa dan terus tertawa-tawa heboh berdua.
Dan waktu membawa kami pada kehidupan masing-masing.
Rasanya baru kemarin saya sibuk memarahi ghora karena ketidakdisplinan waktunya. Rasanya baru kemarin kami bertemu di angkringan KR untuk brainstorming. Rasanya baru kemarin kami bertemu di UNISI untuk eksekusi. Rasanya baru kemarin…
Semua pertengakaran, semua salah paham, semua candaan, semua emosi, semua suka cita, biarkan menjadi satu prasasti kenangan masa muda bagi saya bersama ghora.
Ghora pendadaran pada bulan MEI, di hari yang sama saat saya dealing harga di srengenge. Ghora wisuda di bulan November. Dan saya mulai tersadar.. bahwa semua yang kami lewati adalah bekal untuk kami melangkah.
Apa yang saya pelajari dari semua kejadian ini? Bahwa semua ini proses. Lomba bukan tentang menang dan kalah. Mengikuti lomba itu tentang pilihan. Tentang menerpa diri dan tentang menata emosi.
Saya ingat, pada setiap akhir proses pembuatan lomba, kami selalu memiliki ritual yang bernama “ikhlas”
Kami selalu berkata “kita sudah melakukan yang terbaik, jadi selanjutnya kita serahkan saja pada Allah”
Dan benar adanya. Kami selalu menyelesaikan dengan baik
Apa yang saya pelajari dari semuanya? Saya belajar bersabar dan bersyukur.
Bagi saya, iklan selalu tampak menyenangkan, jika ghora menjadi parner saya…
***
Di suatu malam, saat saya terjebak lembur di kantor, BBM saya berbunyi dan ghora membbm saya dengan : “mbel.. doakan ya, bulan depan aku ke Jakarta”
Ada rasa haru yang tetiba menyergap. Ghora, si parner menyebalkan saya itu sudah mendapatkan pekerjaan. Aaah.. akhirnya…
Selamat berjuang di Ibukota yo mbel. Ndang sukses. Ndang rabi karo anis.
Tahan sejenak kalau ada perihnya, anggap saja sebagai sedikit cubitan. Saat bahagia, jangan lupa bawa serta lututmu bersujud.
Seperti kata efek rumah kaca : Biar tubuhmu berkelana, lalui kegelisahan, mencari keseimbangan, mengisi ketiadaan…
NB : Selamat menerabas rimba ibukota mbel, sampai bertemu tahun depan!

#21
#31harimenulis
#bagian2

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall