Bekerja
adalah salah satu kegitan yang lumrah dilakukan oleh pekerja urban.
Ada yang
tidak setuju dengan pendapat ini? Kalau ada, berarti akan siap-siap mendapat
stigma yang kurang baik dari masyarakat. Bekerja itu aktivitas untuk
mendapatkan uang. Titik. Pendapat kolot mengatakan bahwa bekerja adalah memakai
kemeja dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Pendapat modern mengatakan, bekerja
adalah love what you do and do what your love. Money will follow.
Dulu
saya mendefinisikan orang yang bekerja adalah seperti ayah saya. Harus berangkat
jam sekian dan pulang jam sekian. Menggunakan pakaian rapi dan sopan, ada bau
yang wangi, dan menenteng tas.
Dulu,
saya melihat orang bekerja adalah orang-orang yang sudah berada dalam “fase
selanjutnya”. Dan jujur, saya merasa ngeri jika harus berada di fase itu. Pikir
saya, itu pasti memusingkan.
Entah
seperti apa ceritanya, bagaimana awal mulanya, apa motivasinya, saya pun lupa. Tau-tau
saya sudah menjadi seorang pekerja. Ya..
pekerja, orang yang bekerja. Hingga saya erat kaitannya dengan “wah, ipeh nih, wanita karir”. Kenapa
orang mengatakan demikian ya? orang jelas-jelas, saya inginnya jadi wanita yang
setia mendampingi lelaki saya. Hehe.
Lantas
setelah saya dewasa, apa yang berubah dari definisi saya tentang bekerja? Tidak
banyak! Yang berubah hanya soal penampilan, selebihnya sama. Bekerja itu ya
harus datang jam sekian dan pulang jam sekian. Justru malah ketika sudah
bekerja, saya malah berkenalan dengan tanggung jawab dan tekanan! Sesuatu yang
tidak sama sekali terfikir sewaktu kecil. Feeling saya sewaktu kecil ternyata
benar. Bekerja itu memusingkan.
Saya
masyarakat urban dan saya bekerja. Malah pekerjaan saya merangkul dua definisi
tentang bekerja yang saya singgung di awal. Saya menjadi pekerja dengan definisi
kolot yang menjadikan saya berteman dekat dengan deadline, lembur, objective,
market, ide, insight, visual, eksekusi, dan REVISI! Dan definisi modern dimana
saya berteman dengan microfon, lagu, berbicara, berinteraksi dan hobi.
Saya
masyarakat urban, bekerja, dan menjadi buruh industri.
Tapi
biarlah… menjadi buruh tak selamanya buruk kok. Setidaknya, saya punya
kontribusi untuk tidak menambah panjang daftar pengangguran di Indonesia.
Apa yang selalu
ditunggu dari seorang yang bekerja? Gaji!
Orang
bijak pernah berkata bahwa : waktu akan mencuri semua hal di hidupmu, untuk
itu berilah hidupmu waktu. Untuk itu mari tinggalkan sejenak.
Objective
harus selalu dicari,
Klien
akan banyak bertanya,
Market
akan selalu berubah,
Jadwal
siaran akan selalu menunggu,
Revisi akan
selalu ada,
Deadline akan selalu
menghadang.
Sudahlah
ya. Ini yang namanya bekerja, ini namanya yang menjadi buruh industri.
Sudahlah,
toh besok akhir pekan dan hari ini rekening sudah berubah angkanya semakin gemuk,
mari menutup jumat ini, mari kita rehat!
Mari
lepaskan penat dengan rehat. Karena kita butuh waras untuk bisa bekerja keras.
NB
: selamat berakhir pekan untuk semua pekerja yang akan menikmati akhir pekan
dengan gaji yang telah ada di tangan.
#17
#31harimenulis
#bagian2