Jumat, 24 Mei 2013

Kita



Sebelum kamu, ada aku yang pernah dia perjuangkan.  Jadi kamu itu tanda menyerah atau apa?


Kamu

Aku bersunggguh-sungguh merasa bahwa denganmu, definisi cinta terasa sedikit melenceng. Kamu dengan pikiran lugasmu yang tak bisa terbantah, membuat aku merasa seimbang. Aku terkesima saat dengan tenangnya, kamu bisa membuat duniaku sedikit tergoncang. How could you!

Aku tak berbohong saat aku merasa tak berkebaratan untuk mewujudkan beberapa keinginan konyolku bersamamu. Biasanya aku begitu pemilih untuk menentukan siapa yang berhak ada dan menemaniku mewujudkan beberapa daftar konyolku. Tapi kamu? aku bahkan bersedia kalau-kalau semua daftar itu akan terwujud bersamamu.

Aku tak menyangkal saat beberapa perlakuanmu membuat aku mengerinyatkan dahi dan bertanya dalam hati “apa kita dalam sebuah drama cinta?”  
How could you!

Kamu dengan wangimu itu, mengantarkan aku melihat bintang di langit kota ini. Aku bebas bercerita tentang semua yang aku suka, pun kamu. Kamu orang pertama yang aku bisikan, bahwa bintang adalah salah satu hal yang aku suka. 

Kamu dengan senyummu itu, membuatku leluasa melontarkan beberapa permintaan, dan tidak ada satupun yang kamu tolak. How could you!

                SO, How could you! Membuatku merasa aditif?

   How could you!

Bintang

                Ada malam, dimana tidak ada satupun kata yang terucap dari bibir kita. Baik kamu dan aku hanya sibuk bermain di pikran masing-masing. Mungkin kita ingin sekali berkata, tapi mungkin itu bukan waktu yang baik. Hingga kita lebih memilih untuk sibuk pada pikiran masing-masing dan menikmati keberadaan masing-masing diantara kita. Aku mengadahkan kepalaku dan mataku sibuk mengerjap pada ribuan bintang yang bermain di langit yang pekat. Dan matamu sibuk menatap aku dengan sedikit tersenyum.

                Aku hanya bertanya tentang bagaimana keadaan kita nanti jika harus berpisah beberapa lama dengan jarak yang tak bisa ditempuh. Dan kamu mencoba untuk memastikan bahwa waktu sesebentar itu tidak akan mengubah apapun. Sebagai jaminan, kita sempat menunjuk bintang untuk antipasi rindu yang mungkin tetiba datang.

Aku percaya… kita akan melihat bintang lagi.

                Malam itu, dengan bintang yang teramat banyak. Kamu sanggup membuat aku percaya, bahwa kamu bisa saja menjadi jawaban dan seketika aku membenci mentari esok hari. Karena saat mentari datang, aku tak bisa lagi melihat bintang dengan kamu disampingku.

How could you! Membuat aku percaya! 
How could you membuat aku rindu?
How could you…

Jumpa
                Aku bisa apa ketika tanpa aku pinta kamu membuat permainan hatimu sendiri. Dengan ketidakmampuan aku mengunjungimu, mengabarkanmu, atau sekedar memberi petunjuk bahwa aku memegang erat apa yang kita lakukan malam itu, kamu malah berlari jauh dari aku.
Aku bisa apa kalau ternyata ada dia?

Ada dia…

How could you membuat sebuah permainan?
How could you….

Dia

“Aku ga mau ada di tengah-tengah kalian”
Pun aku, bodoh! Siapa yang mau ada di posisiku sekarang? Apa yang ada dipikiranmu saat seseorang yang memperjuangkanmu tetiba hilang tanpa kamu tau apa sebab musababnya?
Menurutmu apa rasanya memelihara rindu tapi ternyata itu sia-sia?
Menurutmu, apa rasanya jika kamu nyaris mempercayai seseorang namun dia pergi?
Menurutmu, apa rasanya jika kamu dipaksa untuk menelan janji dan akhirnya terkhianati sendiri?
Menurutmu bagaimana rasanya?
Jauh dari kata indah!

Tapi sudahlah, kita sama-sama tau, bahwa sebelum kamu, ada aku yang pernah dia perjuangkan. Kita pun sama-sama menebak posisimu, apakah kamu sebagai tanda menyerah atau perjuangan yang baru.

Kamu harus ikhlas, saat dia yang mungkin memperjuangkanmu sekarang, pernah juga memperjuangkanku dengan cara yang manis.
Kamu tidak berhak marah saat dia menceritakan yang sejujurnya tentang caranya memperjuangkan aku.
Kamu juga tak perlu bersimpati padaku sekarang.
Sudahlah..

Waktu

                Sudah menjadi rahasia umum ketika waktu akan bergulir. Tanpa dimintapun akan begitu. Membawa jauh kisah antara aku, kamu, dan dia. Kadang aku hanya tersenyum simpul saat kamu masih saja memberikan semacam kode bahwa ada sesuatu diantara kita. Aku juga hanya mampu tersenyum saat dia mengakuimu sebagai miliknya. 

Kadang aku rindu pada malam yang pernah kita miliki. Tapi aku bisa apa. Waktu yang akhirnya menyentilku bahwa aku tidak bisa ‘merawatmu’ sebaik dia. Jadi waktu pula yang akhirnya memberikan jawaban yang terbaik untuk aku, kamu, dan dia. Kan?

Aku masih bersikukuh dengan pemikiranku bahwa, denganmu, definisi cinta begitu sangat meleset.

Semoga kalian baik-baik saja.
Secara tulus aku berdoa dan berharap.



NB : Pada semua kisah cinta yang hadir tanpa diminta, selamat mengingat.

#10
#31harimenulis
#bagian2

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall