Sebelum kamu, ada aku yang pernah
dia perjuangkan. Jadi kamu itu tanda
menyerah atau apa?
Kamu
Aku bersunggguh-sungguh merasa bahwa
denganmu, definisi cinta terasa sedikit melenceng. Kamu dengan pikiran lugasmu
yang tak bisa terbantah, membuat aku merasa seimbang. Aku terkesima saat dengan
tenangnya, kamu bisa membuat duniaku sedikit tergoncang. How could you!
Aku tak berbohong saat aku merasa
tak berkebaratan untuk mewujudkan beberapa keinginan konyolku bersamamu. Biasanya
aku begitu pemilih untuk menentukan siapa yang berhak ada dan menemaniku
mewujudkan beberapa daftar konyolku. Tapi kamu? aku bahkan bersedia kalau-kalau
semua daftar itu akan terwujud bersamamu.
Aku tak menyangkal saat beberapa
perlakuanmu membuat aku mengerinyatkan dahi dan bertanya dalam hati “apa kita
dalam sebuah drama cinta?”
How could you!
Kamu dengan wangimu itu,
mengantarkan aku melihat bintang di langit kota ini. Aku bebas bercerita
tentang semua yang aku suka, pun kamu. Kamu orang pertama yang aku bisikan,
bahwa bintang adalah salah satu hal yang aku suka.
Kamu dengan senyummu itu, membuatku
leluasa melontarkan beberapa permintaan, dan tidak ada satupun yang kamu tolak.
How could you!
SO, How could you! Membuatku merasa
aditif?
How
could you!
Bintang
Ada
malam, dimana tidak ada satupun kata yang terucap dari bibir kita. Baik kamu
dan aku hanya sibuk bermain di pikran masing-masing. Mungkin kita ingin sekali
berkata, tapi mungkin itu bukan waktu yang baik. Hingga kita lebih memilih
untuk sibuk pada pikiran masing-masing dan menikmati keberadaan masing-masing
diantara kita. Aku mengadahkan kepalaku dan mataku sibuk mengerjap pada ribuan
bintang yang bermain di langit yang pekat. Dan matamu sibuk menatap aku dengan
sedikit tersenyum.
Aku hanya
bertanya tentang bagaimana keadaan kita nanti jika harus berpisah beberapa lama
dengan jarak yang tak bisa ditempuh. Dan kamu mencoba untuk memastikan bahwa
waktu sesebentar itu tidak akan mengubah apapun. Sebagai jaminan, kita sempat
menunjuk bintang untuk antipasi rindu yang mungkin tetiba datang.
Aku percaya… kita akan melihat bintang lagi.
Malam itu,
dengan bintang yang teramat banyak. Kamu sanggup membuat aku percaya, bahwa
kamu bisa saja menjadi jawaban dan seketika aku membenci mentari esok hari. Karena
saat mentari datang, aku tak bisa lagi melihat bintang dengan kamu disampingku.
How could you! Membuat
aku percaya!
How could you membuat
aku rindu?
How could you…
Jumpa
Aku
bisa apa ketika tanpa aku pinta kamu membuat permainan hatimu sendiri. Dengan ketidakmampuan
aku mengunjungimu, mengabarkanmu, atau sekedar memberi petunjuk bahwa aku
memegang erat apa yang kita lakukan malam itu, kamu malah berlari jauh dari
aku.
Aku bisa apa kalau ternyata ada dia?
Ada dia…
How could you membuat
sebuah permainan?
How could you….
Dia
“Aku ga mau ada di tengah-tengah kalian”
Pun aku, bodoh! Siapa yang mau ada di posisiku sekarang? Apa
yang ada dipikiranmu saat seseorang yang memperjuangkanmu tetiba hilang tanpa
kamu tau apa sebab musababnya?
Menurutmu apa rasanya memelihara rindu tapi ternyata itu
sia-sia?
Menurutmu, apa rasanya jika kamu nyaris mempercayai
seseorang namun dia pergi?
Menurutmu, apa rasanya jika kamu dipaksa untuk menelan janji
dan akhirnya terkhianati sendiri?
Menurutmu bagaimana rasanya?
Jauh dari kata indah!
Tapi sudahlah, kita sama-sama tau, bahwa sebelum kamu, ada
aku yang pernah dia perjuangkan. Kita
pun sama-sama menebak posisimu, apakah kamu sebagai tanda menyerah atau
perjuangan yang baru.
Kamu harus ikhlas, saat dia yang mungkin memperjuangkanmu
sekarang, pernah juga memperjuangkanku dengan cara yang manis.
Kamu tidak berhak marah saat dia menceritakan yang
sejujurnya tentang caranya memperjuangkan aku.
Kamu juga tak perlu bersimpati padaku sekarang.
Sudahlah..
Waktu
Sudah menjadi
rahasia umum ketika waktu akan bergulir. Tanpa dimintapun akan begitu. Membawa jauh
kisah antara aku, kamu, dan dia. Kadang aku hanya tersenyum simpul saat kamu
masih saja memberikan semacam kode bahwa ada sesuatu diantara kita. Aku juga hanya mampu tersenyum saat dia mengakuimu sebagai
miliknya.
Kadang aku rindu pada malam yang pernah kita miliki. Tapi aku
bisa apa. Waktu yang akhirnya menyentilku bahwa aku tidak bisa ‘merawatmu’
sebaik dia. Jadi waktu pula yang akhirnya memberikan jawaban yang terbaik untuk aku,
kamu, dan dia. Kan?
Aku masih bersikukuh dengan pemikiranku bahwa, denganmu,
definisi cinta begitu sangat meleset.
Semoga kalian baik-baik saja.
Secara tulus aku berdoa dan berharap.
NB : Pada semua kisah cinta yang hadir tanpa diminta, selamat mengingat.
#10
#31harimenulis
#bagian2
Tidak ada komentar
Posting Komentar