Senin, 27 Mei 2013

Hilang



Datang dan kemudian merasa janggal
Pergi dan kemudian merasa hilang
Wajar!

Kata mereka itu wajar.

Memang wajar sih. Tapi membiasakannya itu yang saat ini terasa berat sekali

Konsep datang dan kemudian pergi, hanya cuma masalah waktu. Tak ubahnya ketika lahir dan kemudian meninggal.
Masalahnya bukan pada bagaimana pertemuan dan perpisahan itu terjadi sebetulnya. Tapi pada bagaimana efek yang ditinggalkan dari keduanya.
Karena bisa jadi perpisahan adalah rasa yang diabaikan saat pertemuan tiba.

Apa yang bisa melegalkan perpisahan?
Apa yang harus membuat kita berpisah?
Pada konsep apa kita harus yakin bahwa perpisahan itu nyata?

Jika saja perpisahan bukan hal yang legal,
jika saja perpisahan itu bukan konsep yang harus kita terima.
Jika saja..
Saya tak akan mau untuk berpisah. Untuk apapun itu, terlebih untuk perasaan ini.

Apa enaknya?

Kata mereka lagi,
"Perpisahan itu baik, dengan demikian kita akan lebih mengenal banyak pertemuan?" Dan banyak perpisahan lagi kan?

Ah.. hidup macam ini?

Pada perpisahan, sekecil apapun bentuknya, akan terasa sesaknya.
Pun pada pertemuan, sesederhana apapun bentuknya, akan terasa janggalnya

Konsep adaptasi namanya, kata mereka 
adaptasi akan  melerai antara perpisahan dan pertemuan
Awalanya, kita mengenal pertemuan tanpa mau menyinggung perpisahan.
nanti terbalik, kita akan mengenal perpisahan dan membenci pertemuan.

Ah.. rumit!

Ini cuma masalah waktu kata mereka
Hidup oh hidup..
Andai saya bisa sedikit berdamai dengan konsep yang selalu berputar-putar di kepala saya ini,
mungkin semuanya bisa lebih sederhana.

Ah sudahlah.
Mari berpisah pada pertemuan
dan mari bertemu pada perpisahan.



#13
#31harimenulis
#bagian2

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall