Rabu, 22 Mei 2013

Sejarah



“apa yang kamu harapkan dari kehidupan ini?”
“bahagia!”

Entah apa yang tersembunyi pada hati manusia. Terlebih di hati manusia yang paling paling paling dalam. Entah apa yang bersemayam disana. Bisa jadi sebuah cinta yang teramat dalam, benci yang mengakar, dendam yang tak berkusadahan, hingga bahkan kecewa yang tak kunjung habis. Hati manusia memang akan selalu menjadi misteri.

Celakanya apa yang ada dihati yang paling dalam tidak serta merta ada dan tercipta. Karena apa yang tertinggal di hati manusia paling dalam adalah bentuk akumulasi dari apa yang ia dapat selama hidup. Celakanya lagi, tanpa disadari, sebagai manusia kita menyimpannya erat-erat dalam hati dan memori, dan tak bersedia membaginya. Sedikitpun dengan siapapun. Alih-alih mencoba memperbaiki, manusia justru melakukan segala cara agar dapat lupa atau yang lebih parah membohongi diri sendiri bahwa itu tidak pernah terjadi dalam dirinya. 

Mengerikan bukan ketika tanpa sadar seorang manusia menyimpan dendam, kecewa, amarah, atau apapun yang negatif? Entah seperti apa rasanya…

Betapa beratnya hidup yang seperti itu...

“Bahagia itu adalah hal yang datang dan pergi, pun kesedihan. Kamu hanya bisa menerima dan menjadikan itu salah satu dari hidup. Kamu tidak sungguh-sungguh berfikir bahwa setiap orang memiliki rasa bahagia selama 24 jam selama mereka hidup, seumur hidup mereka kan?”

Kalimat itu rasanya membantai habis hati saya.Semua orang pasti memiliki masa lalu yang juga tidak sempurna, jadi kenapa saya harus risau dengan terus menyimpan semua ketidaksempurnaan masa lalu saya. Apa pula yang saya harapkan dengan selalu membohongi hati bahwa masa lalu itu tidak pernah terjadi. Toh bagaimanapun itu sudah terjadi dan apa yang orang-orang lihat kini adalah saya dengan perpaduan masa lalu dan masa kini. 

Tapi itulah manusia, terkadang sebegitu egoisnya atau sebegitu merasa kuatnya sehingga diarasa mampu menyimpan itu semua sendiri rapat-rapat. Terlihat baik-baik saja padahal..
Ya kembali lagi pada misteri dibalik hati manusia. Tak pernah ada yang tau jika manusia itu tidak berusaha membagi, berdamai atau sekedar bermaafan dengan semua yang telah terjadi. 

“apa yang kamu rasain kalau kamu bawa tas sedemikian banyak? Kamu berjalan semakin tegak atau bongkok?”

Mungkin perlahan saya harus membuka semua kotak masa lalu itu. Bukan untuk mengingat betapa perihnya peristiwa itu terjadi. Juga bukan untuk mempertanyakan banyak kata “kenapa” yang tidak bisa dijawab. Saya harus membuka kotak masa lalu itu dan menyimpannya secara rapi ditempat yang terlihat. Saya harus berani membuka dan berdamai dengan apapun yang ada di masa lalu.

“menurutmu, ada satupun hal di dunia ini yang luput dari seijinNya?”
“enggak!”
“jadi, apa kamu alami, juga Tuhan tau dan mengijinkan?”
“iya…”

Kadang, menerima orang lain itu lebih mudah ketimbang menerima kenyataan tentang diri kita sendiri. Tapi itulah ya itulah hidup..
Berjalan dengan mengabaikan kenyataan bahwa masa lalu itu ada, ternyata bukan pilihan hidup yang menyenangkan…
 
“sekarang, apa yang kamu rasakan?”
“semua itu.. sejarah”

Jadi, itulah manusia. Yang tampak akan menutupi semua hal yang tidak tampak. 

Pertanyaannya sekarang adalah : bersediakah kita berdamai dengan sejarah?
Dan dengan semua misteri masa lalu yang secara lumrah dimiliki oleh setiap manusia, bersediakah kita menerima manusia itu dengan sepenuhnya?



NB : Untuk seorang bapak yang dengan mata teduhnya bisa membuat saya bercerita. Terimakasih, entah kata ini cukup atau tidak :)

#8
#31harimenulis
#bagian2

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall