Selasa, 28 Mei 2013

Idealisme

Saya sekarang mulai mengkaji pendapat yang mengatakan bahwa idealisme hanya milik mahasiswa.
Karena bagi saya, jika idealisme hanya dimiliki mahasiswa, dan setelah lulus kita kehilangan idealisme, lalu apa bedanya kita dengan robot?
Menurut saya, bukan masalah idealis atau tidaknya, pendapat itu muncul karena pada dasarnya mahasiswa belum terbentur dengan realita hidup yang sebenarnya.
Memang realita hidup sebenarnya itu apa? ya realistis itu namanya.
Realistis itu berbentuk apa? bisa banyak hal. Industri yang harus dihadapi, lalu sistem yang mau tidak mau sudah terbangun yang juga harus dihadapi, hingga kemapanan hidup, semua itu bentuk realistis!

Sudah menjadi hal yang wajar, ketika mahasiswa hidup dengan cekokan ilmu yang selalu mengajarkan tentang konsep ideal. Tidak bisa disalahkan juga sih, lumrahnya kan memang seperti itu. Itulah kenapa ketidaktahuan mahasiswa tentang realistis diluar sana membuat anggapan 'idealisme itu hanya milik mahasiswa' jadi semakin banyak penganutnya. Padahal bagi saya, ya.. selama kita hidup, kita harus punya idealisme dan jangan pernah mau ditukar dengan apapun. Bahkan ketika kita sudah lulus, idealismenya ya tetap harus dijaga.
Terus ada pendapat yang berkata "kalo idealis banget, ntar ga dapet duit, ga dapet kerjaan, udah lah.. realistis aja" saya jawab aja "ohya silahkan aja kalo mau realistis tanpa punya idealis. Koruptor tuh ya gitu juga.. realistis, yang penting dapet uang"

Frontal sih, tapi apa enaknya hidup kayak gitu?
Saya pernah ada diposisi itu. Dan tau apa yang saya rasain? capek!
Loh iya.. karena logikanya, realistis tanpa dibarengi dengan idealisme itu akan mengantar kita pada entah apa.. nowhere. Lama kelamaaan, kalau dibiarkan, kita akan mempertanyakan "aku ngelakuin ini, apa tujuannya ya.."
Nahloh...

Oke, idealisme itu apa? Bagi saya, idealisme adalah hal yang akan selalu kita jaga. No matter what happen! Termasuk didalamnya nilai kehidupan yang kita perjuangkan, passion yang kita punya, komitmen yang kita jaga, dan keyakinan yang kita simpan. Ya itu idealisme bagi saya. Itu yang disimpen! itu akan jadi kompas untuk hidup.

"ya realistis aja deh hidup" kata mereka.

kadang saya bingung, mereka itu ngomongin realitis apa ngomongin uang sih? kok kayaknya, semua hal yang berhubungan dengan realistis itu ujung-ujungnya uang ya. Ya memang sih.. ga bisa dipungkiri kalau realitis memang salah aspeknya adalah uang. Tapi kalau itu satu-satunya yang kita pahami dari konsep realistis, coba tanyakan sama diri sendiri, apa rela kita menukar idealis hanya demi supaya realistis mendapatkan uang?
Kalau rela ya monggo...
Kalau engga? Ya then hiduplah dengan keduanya. Dapatkan realistis itu dengan bekal idealis yang ada. Apakah itu sulit? Sebenernya engga. Yang bikin sulit itu adalah mencari dan mempertahakan idealismenya. Malah lebih parahnya, banyak yang mempertanyakan emang kenapa sih harus punya idealisme? aduuh...


Saya pernah mengalami hidup dengan porsi realistis yang lebih besar dari idealis yang ada. Selain capek ternyata di hati saya banyak bentrokan yang akhirnya membuat hidup ga nyaman. 
Senjata paling ampuh agar dua-duanya berjalan seiring adalah dengan memperbanyak skill dan pengetahuan. Berbekal itu ditambah dengan idealisme yang kita pegang, Insya Allah kita akan hidup dengan realistis dan juga nyaman.
Insya Allah 

NB : Bagi yang mempertanyakan tentang idealisme, ini hanya sekedar pendapat saya dari berbagai pengalaman yang ada.

#14
#31harimenulis
#bagian2

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall