Rabu, 10 Juni 2015

Percaya saja

There can be miracles, when you believe.
Though hope is frail, it's hard to kill.
 Who knows what miracles, you can achieve.
 When you believe, somehow you will.
You will when you believe...

(Mariah Carey Feat Whitney Houston - When You Believe)

Tahun 2013, saya sempat menonton sebuah film berjudul Rush. Film yang dibintangi oleh Daniel Bruehl dan Chris Hemsworth ini menceritakan tentang kisah pembalap kenamaan dunia bernama Niki Lauda dan James Hunt. Awalnya saya tidak begitu tertarik menonton film itu, karena pada dasarnya saya engga begitu paham tentang balapan, apalagi tentang sejarahanya. Tapi karena teman saya memaksa, jadi ya apa boleh buat. Lagian ditraktir ini.

Film yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini pada akhirnya menjadi salah satu film yang paling berpengaruh dalam hidup saya sampai detik ini. Bahkan setelah menonton film itu, saya langsung mengganti background laptop dan gambar cover seluruh media sosial saya dengan foto Niki Lauda. 

Film itu seakan merangkum keseluruhan permasalah dunia hanya dengan dua tokoh balap bernama Niki Lauda dan James Hunt. Film biografi karya  Ron Howard ini akhirnya memberikan saya pilihan, mau seperti apakah saya kelak? Apakah seperti Niki Lauda yang persistent dan selalu punya strategi, atau seperti Jamest Hunt yang mudah keblinger dan banyak omong. 

Tapi dibalik itu pelajaran utama yang saya dapatkan adalah dari sosok istri-istri mereka. Saya sungguh kagum dengan sosok  Marlene yang menjadi istri Niki Lauda saat itu. Ada satu moment di film itu, saya lupa tepatnya, saat Niki Lauda memutuskan untuk keluar dari lintasan yang kala itu hujan deras, dikarenakan satu hal, istrinya. Dia lebih ingin hidup tapi kalah dalam balapan kala itu, dibandingan sesuatu yang buruk terjadi padanya, dan meninggalkan istrinya. Bagi seorang Niki Lauda, Merlene adalah harapannya saat semua orang tidak percaya padan kemampuannya.
Kejadian yang sangat berbeda justru menimpa James Hunt. Ia menjadi terpuruk karena ditinggal istrinya Suzi Smart, karena (di film itu) Suzi merasa pesimis dengan karir James yang sedang terpuruk. Akibatnya, Jamest Hunt semakin merosot karirnya, tidak punya strategi untuk menang, dan yang ada dipikirannya hanya menang dan bersenang-senang.

Film itu dengan sangat sukses menggambarkan kepada saya, apa itu arti 'di balik pria yang sukses ada wanita yang hebat'. Mungkin kita harus mengkoreksi sedikit, 'di balik pria yang sukses ada wanita yang percaya'.

Ternyata percaya adalah mantra yang adiguna.

Bicara tentang percaya, saya jadi ingat masa-masa ketika berjuang masuk perguruan tinggi. Saat itu, saya berada di lingkungan SMA yang menganggap masuk perguruan tinggi adalah hal sekunder, karena hal primernya adalah adalah lulus UN. Padahal jika sudah lulus SMA dan tidak mengusahakan masuk perguruan tinggi yang baik, ya sama saja... Ya kan?
Tapi saat itu saya percaya, saya percaya saya tidak hanya sekedar bisa lulus, tapi bisa masuk ke universitas yang baik dengan jurusan yang memang saya mau. Saya adalah satu-satunya orang yang percaya bahwa saya bisa, saat semuanya merasa skeptis.

And hey, I did it!

Kini setelah saya berjalan sejauh ini, kadang saya merasa baut-baut mimpi saya kendur, beberapa diantaranya malah ada yang lepas dan membuat saya harus tergopoh-gopoh mengambilnya dan kembali mengecangkannnya. Tapi ketika saya merasa betapa susahnya menjalani hidup, saya akan mengingat betapa pentingnya untuk percaya pada diri saya sendiri. Saya akan memaksakan diri untuk percaya bahwa mimpi hanyalah bagi mereka yang percaya. Hanya bagi mereka yang percaya.

Saat semua orang merasa tidak yakin dan memandang jalan yang saya tempuh saat ini sebagai jalan aneh, saya harus jadi orang yang percaya bahwa saya sudah berada di jalan yang tepat. Im on my track!
Mungkin saya akan jadi satu-satunya orang yang percaya, bahwa mimpi-mimpi saya sedang menanti. Saya akan menjadi Niki Lauda.

Dengan atau tanpa siapapun, saya tau, saya hanya harus percaya. Pada kekuatan yang saya punya, dan padaNya.

It just the only matter.


Bukan begitu, Niki Lauda?

#31harimenulis
#bonus

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall