Rabu, 19 September 2012

Akhir-akhiran


Hari senin terakhir di yakati. Seperti biasa, aktifitas pagi setelah sholat subuh, tadarus, rapat, dan tidur adalah mengajar di satu-satunya gedung sekolah yang ada di yakati. Mengajar anak-anak ini sebetulnya adalah satu pengalaman yang sampai kapanpun tak akan bisa saya lupakan. Ya bagaimana tidak, anak-anak ini menguji kesabaran saya dengan amat. Saya kebagian mengajar kelas 1. Dan seperti halnya anak kelas 1 pada umumnya, mereka susah sekali diatur. Ada yang memangis, ada yang berlarian ingin keluar kelas, ada yang bermain sendiri, ada yang merengek minta pulang, tapi ada juga yang fokus belajar. Seperti hari ini, kami belajar berhitung dengan menggambar. Yang kemnudian membuat pagi ini merinding adalah saat mereka menyanyikan lagu wamesa dan papua barat. Ah, bagus sekali ssat mereka menyanyikan lagu itu. saya sadar tak akan lama lagi saya tak akan bisa mendengarkan celoteh ramai dan juga lagu itu dinyanyikan.

Kemarin malam juga, setelah uda uki sakit diare karena makan tempe papua, fauzan menyusul dengan demam dan muntah-muntah. Tak tahu apa yang menyerang anak itu, tapi dia yang biasanya ceria dan suka membully kita semua se kkn mendadak diam dan kesakitan di bagain perut. Semaleman dia muntah-muntah, dan untungnya pagi ini, kondisinya jauh lebih membaik. Ya semoga saja sisa hari hari berikutnya yang tinggal 5 hari ini bisa berkesan. ohya setelah gonjang ganjing kedatanagan bupati, semalam kepala desa yang sudah tidak menampakan batang hidungnya selama bertahun-tahun, datang di pastori kami dengan pakaian ala-ala buroanan dan menyatakan kekecewaannya dengan pemda. Dan karena saya tersulut rasa kecewa karena rasa sayang dengan masyarakat Yakati, sayapun dengan agak kurang ajar mempertanyakan tanggung jawabnya sebagai kepala desa yang meninggalakan masyarakat.

Huft.

Yakati, 6 Agustus 2012

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall