Sabtu, 01 September 2012

Ke Yensei!


Kami dibedakan menjadi 2 sub unit. Yang satu berada di desa Yakati, yakni desa tempat saya berKKN. Sementara yang satunya lagi, terdapat di di desa yensei. Berbeda mungkin dengan KKN yang berada di Jawa yang walaaupun satu unitnya terdiri dari beberapa sub unit taopi masih sangat memungkinkan untuk dikunjungi dan bertukar kabar. Tapi kami? Ah..

Semenjak berpisah di tanggal 10 juli kami ber 20 kemudian betul-betul putus kontak. Bahkan ketika kami mengantar 10 orang lainnya ke desa yensei dengan speed boat, kami hanya bisa melambaikan tangan dan kemudian mereka pergi tanpa kami tahu bagaimana kabar mereka. Apakah mereka tiba dengan selamat dan bagaimana kondisi mereka di desa sana. Apakah mereka sehat atau bagaimana. Kami tak tahu, dan tak tahu cara menghubungi mereka.

Hari jumat ini, tepat dua minggu kami resmi berpisah dengan mereka. Rasanya rindu kami (ya saya dan mbak fitri sih yang snagat kentara) pada mereka ber 10 sudah ada di ubun-ubun. Untuk itu, keinginan kami untuk bertemu mereka sekaligus juga menjawab rasa penasaran kami akan desa Yensei, maka dipustuskanlah, hari jumat kami berangkat ke yensei. Tidak semuda dari kami yang berangkat. Hanya 6 dari kami yang berangkat, 4 lainnya tetap berada di yakati. Dan kami yang pergi adalah mbak fitri, mbak omi, dedy, mas yoyo dan uda uki.

di dermaga.
bersedia... siap.. GO


Perjalanan ini sudah kami rencanakan pada minggu lalu padahal, tapi karena terhalang program, bensin yang dipesan dari Bintuni yang tak kunjung datang maka agenda mengunjungi Yensei baru bisa terlaksana minggu ini. never mind..
Perjalanan dimulai pada pukul 9 pagi, karena toh kami juga harus menunggu air laut pasang. Dengan diantar kakka spaniel yang gagah berani, kami berangkat menggunakan long boat. katanya, perjalanan ke yensei hanya di tempuh paling lama 60 menit dan menggunakan 10 liter bensin. Dan bagi kami, itu sepertinya juga hanya menjadi katanya.
Karena ternyata perjalanan kami tidak semulus kulit Angelina jolie. Ditengah perjalanan, kami menjumpai ombak yang cukup besar. Kata kaka spanyel, jika orang awam yang mengemudikan, maka long boat ini sudah terbalik. wah wah.. untung saja, kakak spaniel bukan orang awam. Tapi betulan agak serem sih. Dengan kapal yang rendah dan posisi duduk kami yang hampir sejajar dengan air, maka ketika ada ombak, kami langsung banyak menyanyikan lagu rohani.

lihat, dibelakang itu kaka spanyel #eaa


Tapi itu tak lama, kemudian saya asik melihat pemandangan. Karena sepanjang perjalanan, saya begitu takjubnya dengan alam Papua. Tak ada dipikiran saya dulunya untuk menaiki long boat sekecil ini dan berlayar di teluk sebesar ini dengan pemandangan yang demi apapun bagus sekaliii. Burung bangau bertebangan dengan selonya, pohon yang beraneka macam. Subhanallah, indah sekali…
Jika diibaratakan jalan aspal, jalan menuju yansei ini harus berbelok ke gang kecil. Tapi karena ini air, maka kita harus berbelok pada belokan air. Tak jauh setelah belok, kami disambut oleh sebuah pohon besar yang menghadang. Pohon besar itu membuat perjalanan menjadi terhambat agak lama. Untung saja kaka spaniel begitu cekatan membantu kami. Belum lagi kami yang menabrak pohon. Tabrakan ini menyebabkan saya basah kuyup. Sungguh perjalanan tak terduga. Perjalanan ini ibarat wahana permainan di dufan, yang bisa basah dan bergoyang2. Bedanya, jika di dufan ada alat pengaman, jika ini jatuh maka wassalam.. mana hari itu saya sedang haid pula. Basah-basahan sungguh bukan hal yang menyenangkan lagi.

Perjalanan yang harusnya ditempuh paling lambat 60 menit, tapi harus kami tempuh selama kurang lebih 100 menit. Dan betul apa yang disampaikan orang-orang Yakati tentang Yensei, bahwa air di Yensei ini jernih.
Setelah literaly kami sampai, kami takjub melihat air laut di yensei yang begitu jernih. Pernah lihat air nutrisari jeruk nipis? nah.. seperti itu airnya. Baguuus sekali.

bagus ya?


Baru menginjak beberapa langkah, kami langsung disambut Adit dan Nana. Rupanya mereka sedang ada program kerja bakti. Nana dan Adit begitu bersemangat mengajak kami melihat pondokan mereka. Well, pondokan mereka tidak seperti pondokan kami yang rapid an bersih. Pondokan mereka itu rumah guru yang lama tidak terpakai, jadi ya.. ya …ya gitu lah :p
     Setelah mengunjungi rumah, kami turun dan menyapa 8 orang lainnya. Riuh rendah kami disambut riuh anak-anak sub unit yensei. HUWAAAH kangen mereka! Mereka bercerita bahwa mereka memiliki warung tempat mereka jajan biskuat dan harganya adalah 5000 rupiah.

Setdah, gaul bener ini kampung, ada warungnya… di Yakati? Di boro-boro…”

Hal paling membedakan anatara yensei dan yakati adalah sumber airrnya. Jika diyakati hanya ratusan meter dengan track yang agak naik dan terjal. Sementara di yensei jarak airnya sekita 1,5 kilo dan medanya sangat curaaaam! dibawahnya langsung jurang. Saya dan anak-anak Yakati langusng diajak mereka ke sumber air untuk masak. Wuih hard core men! Saya yang tidak membawa dirigen air saja, jalannya sudah tidak seimbang, bagaimana yang membawa coba. NO WONDER deh kalau anak-anak perempuan Yensei hanya tinggal berteriak “lelaki, aaiiir…” dan airnya akan dibawakan oleh mereka. Hahaha kocak juga para wanita menganiyaya pria di sini.
Karna kami tamu, ya kami hanya diajak berkeliling saja di yensei tanpa ikut membawakan air atau apapun, hehe. Salah satu tempat wisata yang kami kunjungi adalah pusat airnya. Tapi memang sih airnya sangat sejuk, jernih, dengan pemandangan yang menakjubkan tapi akses kesananya ampun deh saya... untuk orang yang jatuh-able seperti saya, perjalanan menuju sumber air itu sungguh tidak sederhana.
Sebetulnya, sumber air mereka ada dua. Satu disitu, yang kedua langsung di dermaga tempat kami “mendarat” menggunakan long boat itu. Dan keduanya, sama jauhnya! Ini dia beda yang kedua, anak-anak yensei itu jika mandi, buang air besar, ataupun mencuci apapun itu, langsung ke dermaga. Tanpa ada kamar mandi atau apa. aiiih.. mereka hard core. Ya tapi kalau saya jadi mereka juga akan begitu sih, dibandingkan ambil air yang jauhnya ampun. Mending langsung byuuuur… hahaha :D
Berhubung saya sedang dapat bulanan, saya tidak bisa mersakan dingin dan segaranya air itu, dan saya jadi kangen fauzan yang setia mengambilkan saya air.
Perjalanan ke yensei sehari semalem itu cukup seru. Saya berbincang nyaris semalaman dengan bang budi dan tertawa-tawa bersama dengan dia. Aduh, saya kangen lelucon bang budi deh ah..
Dan ya.. bisa dibilang jika cara hidup anak yensei dengan cara hidup anak yakati jauuh berbeda. Atmosfir anak-anaknya pun begitu kontras. Jika harus memilih, sejujurnya, saya jauh lebih bersyukur berada di yakati. hehe
Puas bertemu dan menjelajahi Yensei, kami berenam pun berpamitan dan siap menuju yakati.

ini rumah mereka, dan masyarakat yensei


kalau saja bulan tidak datang, saya pasti sudah nyebeur!
lihat tangga dibelakang itu? nah rumah mereka masih sangaaaat jauuuuuh dari sini

ya.. harus pisah lagi :(



well papua, indahnya alammu itu sungguh melekat di seluruh indera.

Yakati, 28 Juli 2012

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall