Rabu, 19 September 2012

Akhir


“Aku memang tak berlapang dada untuk menerima…”

Jika saya sanggup dan bisa, saat ini juga saya akan berlari menuju yakati dan membenamkan diri saya pada ketidakadaan informasi.
Saya akan mengangsingkan diri pada sejuknya wilayah disana.
Andai saya bisa, saya ingin waktu terbalik saja.
Harusnya akhir ini, menjadi awal saya berada di yakati.

Akhir
Yang kamu buat dengan skenariomu.
Brengsek!
Kamu tahu apa rasanya menahan rindu dan hanya bisa berharap pada bintang agar dia mendengar dan meyampaikan padamu? Kamu tau?
Kamu tahu apa rasanya ingin bertemu dan hanya bisa berbisik pilu pada kunang-kunang agar dia membagi cahayanya sedikit agar aku merasa kamu ada. kamu tau rasanya?
Kamu tahu apa rasanya menjaga?
kamu tahu?
Itu tidak sederhana.
Sungguh itu menyiksa.

Akhir.
Dan ya kamu memang semena-mena.

Kamu pikir perasaan hanya tentang moment?
Dan bisa dengan mudah ditumbuh kembangkan?
Lantas bagaimana dengan saya yang terisolir dari semua hal dan hanya mati-matian menjaga hati.
Bagaimana?
JAWAB!

Akhir.
Saat kamu mengatakan dengan mudah dan teramat enteng bahwa telah ada dan terisi yang baru. Yang BARU. Great!

Akhir
Yang mungkin kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya saat saya harus membuang air mata dengan percuma lagi.

Akhir.
Cukup, dan jangan coba mempertanyakan apa-apa.
ini akhir.

Akhir.
Akhir dan saya cukup tau, kamu cukup brengsek.

menurut kamu?


13 agustus 2012 Teluk bintuni. papua barat.

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall