“Aku memang tak berlapang dada
untuk menerima…”
Jika saya sanggup dan bisa, saat ini juga saya akan berlari
menuju yakati dan membenamkan diri saya pada ketidakadaan informasi.
Saya akan mengangsingkan diri pada sejuknya wilayah disana.
Andai saya bisa, saya ingin waktu terbalik saja.
Harusnya akhir ini, menjadi awal saya berada di yakati.
Akhir
Yang kamu buat dengan skenariomu.
Brengsek!
Kamu tahu apa rasanya menahan rindu dan hanya bisa berharap
pada bintang agar dia mendengar dan meyampaikan padamu? Kamu tau?
Kamu tahu apa rasanya ingin bertemu dan hanya bisa berbisik
pilu pada kunang-kunang agar dia membagi cahayanya sedikit agar aku merasa kamu
ada. kamu tau rasanya?
Kamu tahu apa rasanya menjaga?
kamu tahu?
Itu tidak sederhana.
Sungguh itu menyiksa.
Akhir.
Dan ya kamu memang semena-mena.
Kamu pikir perasaan hanya tentang moment?
Dan bisa dengan mudah ditumbuh kembangkan?
Lantas bagaimana dengan saya yang terisolir dari semua hal
dan hanya mati-matian menjaga hati.
Bagaimana?
JAWAB!
Akhir.
Saat kamu mengatakan dengan mudah dan teramat enteng bahwa
telah ada dan terisi yang baru. Yang BARU. Great!
Akhir
Yang mungkin kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya saat
saya harus membuang air mata dengan percuma lagi.
Akhir.
Cukup, dan jangan coba mempertanyakan apa-apa.
ini akhir.
Akhir.
13 agustus 2012 Teluk bintuni. papua barat.
Tidak ada komentar
Posting Komentar