Minggu, 02 September 2012

OPOR ayam ala saya (akuisisi)


“perempuan yang tidak bisa masak itu, bisa dipoligami..” uda uki

            Selama KKN ini, kami mempunyai jadwal masak yang agak absurd pembagiannya. Saya sendiri punya piket masak tiga kali dalam seminggu. Hari sabtu sore, minggu pagi, dan rabu pagi. Di hari rabu pagi, saya piket masak bersama mbak fitri dan dedy begitu juga di minggu pagi. Dan di sabtu sore, saya memasak dengan ozi dan faizal. Selalu saja da kejadian lucu, unik, menggemaskan, spektakuler, dan bombastis selama saya memasak.
            Masak pertama saya adalah mie dengan bumbu acakadut. Hahahaha..
Jadi resepnya adalah bawang merah dan putih yang diulek lalu kami memasukan mie. Tapi eh tapi, airnya kebanyakan. Dan ini menyebabkan rasa masakannya menjadi luar biasa aneh. Saya rasa sih, 7 anak lainnya pengen mencela masakan kami bertiga. Tapi karena anak-anak tau saya sudah berusaha sekuat jiwa raga, jadi mereka berkomentar yang menyenangkan hati saya “waah.. seger banget nih mienya..” MWAHAHAHAHA.. sepik sekali kan mereka?
            Belum lagi ketika kami harus mengolah ikan dan memasak dengan kayu bakar, saat itu saya, faizal, dan ozi yang kebagian pertama masak dengan kayu bakar. Huah, rempongnya setengah idup men. Asapnya itu kesegala penjuru mata angina lah pokoknya. Air mata keluar dan ya gitulah. Karena kami masak di luar jadi kami harus berkonsetrasi antara, ngipasin kayu, matanya pedih kena asap, mengusir ayam, anjing yang berkeliaran, dan pada masakannya. Tapi seru loh. Asli! :D
            Pokoknya kalau saya piket masak dengan faizal dan ozi, kami selalu masak dengan dua cara. Pertama, tanpa bantuan siapapun sehingga masakan akan seala kadarnya, dan kadarnya itu aneh. Dan yang kedua adalah masak secara featruring. Oh yeah beybeh, ada mas yoyo dan mbak fitri yang sering featuring dengan kami. Tapi beda halnya jika saya piket masak dengan mbak fitri, jika dengan mbak fitri, maka mbak fitri yang akan ambil komando, saya akan jadi tukan aduk, tukang potong, tukang ngulek, dan tukang nanya! Aiih kocak sekali. Sementara dedi? Ah dia mah.. don’t say~ kemana-mana. Kalau ditanya “woy, piket masak lo ded…” jawabannya gini “Aku ngajar peh, ini lebih penting. Kemajuan anak papua di tangan aku…” beklah…. Hahaha

pernah suatu ketika, kita dikasih ikan sebanyak ini sama mama desa yang jadi tetangga kita. makasih ma :')


Dan hari ini adalah hari terakhir piket masak saya dengan faizal dan ozi. Dan you know what saya bisa membuat opor kari yang lezaaaat, ah ya tapi masih kurang asin sih :p.
Saya akan cerita dulu kronologisnya. Keberadaan kami di PAPUA, membuat kami tak bsia merasakan beberapa kuliner lezat khas puasa. Seperti es batu ataupun ayam. Kami rindu sekali dengan ayam, rasanya kalau liat ayam berkeliaran di sekeliling kami, kami punya hasrat ingin menangkap dan menyembelihnya. Walaupun sebenernya, warga baik sekali, sering memebrikan kami ikan Sembilan ataupun udang. Tapi tetap saja, keinginan kami untuk menyantap ayam semakin menjadi. Jujur, saya memang kangen makan ayam. Tapi saya lebih ingin menahan dan membuat ayam itu special dengan memakannya sesampainya di Bintuni. Tapi beberapa anak kayaknya memang sudah ngidam kesumat dengan ayam, sehingga kamipun memutuskan untuk membeli ayam milik tetangga.
Ide nekat ini juga kami dapatkan setelah kami mendengar cerita anak Yensei yang juga membeli ayam tetangga untuk menyalurkan hasrat ingin makan ayam. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kami tidak membeli ayam, justru dikasih tetangga. YEAAAH!
Hari itu, hari sabtu dan jadwal masak saya, dan anak-anak ingin makan ayam.

“aduh… masa pas aku piket sih masaknya?”

 sebelum itu, ayam hidup itu tentu saja harus dipotong dengan syariat islam. Untup pertama kalinya saya melihat penyembelihan ayam lengkap dengan caranya dikuliti. Tepuk tangan kepada fauzan, faizal, dan mas yoyo yang sudah membuat ayam berkokok itu menjadi potongan ayam siap masak. Sungguh luar biasa KKN saya.
dan kegalauan saya akan masak ayam terjawab setelah mas yoyo bersedia membantu. Tapi saya ingin menjadi wanita seutuhnya dengan bisa memasak. Maka mas yoyo hanya memberitahu saja bahannya, dan yang mengerjakan adalah saya. jadilah saya mengulek dan memasak ayam itu. Penuh keraguan awalnya, tapi karena saya, faizal, dan ozi ini orang cuek jadi ya udah, asal cemplung aja, dengan diberi doa.

1. bawa ayamnya
2. hadapkan kiblat dan potong

3. ayamnya mati
4. kuliti dan potong-potong

saya cukup mendoakan
ini dia hasilnya, tinggal dimasak

Menu makan kami hari itu adalah opor kari ayam dan terong. Terong adalah makanan yang tidak saya suka, dan HARI INI saja jadi suka terong. Ajaib ya? KKN ini bisa membuat saya yang tadinya tidak pernah menyentuh terong menjadi suka terong.
Oke, kembali lagi di di masak opor. Setelah memasukan ini itu dan insting masak yang kuat, TARAAAA jadilah opor kari ayam ala alifah farhana, faizal, dan ozi. Yuhuuu, saya bahagia loh, jujur ga bohong. Keberhasilan saya masak ini harusnya diumumkan melalui TOA milik papa musik dan juga diumumkan di gereja. Sungguh semua orang harus tau.

Sore hari ini, keinginan berbuka puasa di balai desa kembali tidak terlaksana. Karena tiba-tiba kami mendapatkan tamu. Kami kedatangan bu Umi dan tim dari PSKK juga pak syaiful perwakilan pemda. Waw. Setelah 2 hari kami menunggu pemda yang tak jadi datang, justru kami kedatangan bu umi dan “gengnya”. Mereka berbuka puasa bersama dan memakan masakan saya.

(guys, you have to know, aku grogi loh pas kalian makan)
            Aih, hari yang random sekali. Dua harian ini kami menunggu pemda, dan akhirnya kami malah menyembelih ayam dan memasaknya.

Enyway  saya bisa masak, so.. saya tidak bisa dipoligami. Hehehe

 Yakati,  4 Agustus 2012

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall