“perempuan yang tidak bisa masak itu, bisa dipoligami..” uda
uki
Selama KKN
ini, kami mempunyai jadwal masak yang agak absurd pembagiannya. Saya sendiri
punya piket masak tiga kali dalam seminggu. Hari sabtu sore, minggu pagi, dan
rabu pagi. Di hari rabu pagi, saya piket masak bersama mbak fitri dan dedy
begitu juga di minggu pagi. Dan di sabtu sore, saya memasak dengan ozi dan
faizal. Selalu saja da kejadian lucu, unik, menggemaskan, spektakuler, dan
bombastis selama saya memasak.
Masak
pertama saya adalah mie dengan bumbu acakadut. Hahahaha..
Jadi resepnya adalah bawang merah dan putih yang diulek lalu
kami memasukan mie. Tapi eh tapi, airnya kebanyakan. Dan ini menyebabkan rasa
masakannya menjadi luar biasa aneh. Saya rasa sih, 7 anak lainnya pengen mencela
masakan kami bertiga. Tapi karena anak-anak tau saya sudah berusaha sekuat jiwa
raga, jadi mereka berkomentar yang menyenangkan hati saya “waah.. seger banget
nih mienya..” MWAHAHAHAHA.. sepik sekali kan mereka?
Belum lagi
ketika kami harus mengolah ikan dan memasak dengan kayu bakar, saat itu saya,
faizal, dan ozi yang kebagian pertama masak dengan kayu bakar. Huah, rempongnya
setengah idup men. Asapnya itu kesegala penjuru mata angina lah pokoknya. Air
mata keluar dan ya gitulah. Karena kami masak di luar jadi kami harus
berkonsetrasi antara, ngipasin kayu, matanya pedih kena asap, mengusir ayam,
anjing yang berkeliaran, dan pada masakannya. Tapi seru loh. Asli! :D
Pokoknya
kalau saya piket masak dengan faizal dan ozi, kami selalu masak dengan dua
cara. Pertama, tanpa bantuan siapapun sehingga masakan akan seala kadarnya, dan
kadarnya itu aneh. Dan yang kedua adalah masak secara featruring. Oh yeah
beybeh, ada mas yoyo dan mbak fitri yang sering featuring dengan kami. Tapi
beda halnya jika saya piket masak dengan mbak fitri, jika dengan mbak fitri, maka
mbak fitri yang akan ambil komando, saya akan jadi tukan aduk, tukang potong,
tukang ngulek, dan tukang nanya! Aiih kocak sekali. Sementara dedi? Ah dia
mah.. don’t say~ kemana-mana. Kalau ditanya “woy, piket masak lo ded…” jawabannya gini “Aku ngajar peh, ini lebih penting. Kemajuan anak papua di tangan aku…”
beklah…. Hahaha
pernah suatu ketika, kita dikasih ikan sebanyak ini sama mama desa yang jadi tetangga kita. makasih ma :') |
Dan hari ini adalah hari terakhir
piket masak saya dengan faizal dan ozi. Dan
you know what saya bisa membuat opor
kari yang lezaaaat, ah ya tapi masih kurang asin sih :p.
Saya akan cerita dulu
kronologisnya. Keberadaan kami di PAPUA, membuat kami tak bsia merasakan
beberapa kuliner lezat khas puasa. Seperti es batu ataupun ayam. Kami rindu
sekali dengan ayam, rasanya kalau liat ayam berkeliaran di sekeliling kami,
kami punya hasrat ingin menangkap dan menyembelihnya. Walaupun sebenernya,
warga baik sekali, sering memebrikan kami ikan Sembilan ataupun udang. Tapi
tetap saja, keinginan kami untuk menyantap ayam semakin menjadi. Jujur, saya
memang kangen makan ayam. Tapi saya lebih ingin menahan dan membuat ayam itu
special dengan memakannya sesampainya di Bintuni. Tapi beberapa anak kayaknya
memang sudah ngidam kesumat dengan ayam, sehingga kamipun memutuskan untuk membeli
ayam milik tetangga.
Ide nekat ini juga kami dapatkan
setelah kami mendengar cerita anak Yensei yang juga membeli ayam tetangga untuk
menyalurkan hasrat ingin makan ayam. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kami tidak
membeli ayam, justru dikasih tetangga. YEAAAH!
Hari itu, hari sabtu dan jadwal
masak saya, dan anak-anak ingin makan ayam.
“aduh… masa pas aku piket sih
masaknya?”
sebelum itu, ayam hidup itu
tentu saja harus dipotong dengan syariat islam. Untup pertama kalinya saya
melihat penyembelihan ayam lengkap dengan caranya dikuliti. Tepuk tangan kepada
fauzan, faizal, dan mas yoyo yang sudah membuat ayam berkokok itu menjadi
potongan ayam siap masak. Sungguh luar biasa KKN saya.
dan kegalauan saya akan masak ayam
terjawab setelah mas yoyo bersedia membantu. Tapi saya ingin menjadi wanita
seutuhnya dengan bisa memasak. Maka mas yoyo hanya memberitahu saja bahannya,
dan yang mengerjakan adalah saya. jadilah saya mengulek dan memasak ayam itu.
Penuh keraguan awalnya, tapi karena saya, faizal, dan ozi ini orang cuek jadi
ya udah, asal cemplung aja, dengan diberi doa.
1. bawa ayamnya |
2. hadapkan kiblat dan potong |
3. ayamnya mati |
4. kuliti dan potong-potong |
saya cukup mendoakan |
ini dia hasilnya, tinggal dimasak |
Menu makan kami hari itu adalah
opor kari ayam dan terong. Terong adalah makanan yang tidak saya suka, dan HARI
INI saja jadi suka terong. Ajaib ya? KKN ini bisa membuat saya yang tadinya
tidak pernah menyentuh terong menjadi suka terong.
Oke, kembali lagi di di masak opor.
Setelah memasukan ini itu dan insting masak yang kuat, TARAAAA jadilah opor
kari ayam ala alifah farhana, faizal, dan ozi. Yuhuuu, saya bahagia loh, jujur
ga bohong. Keberhasilan saya masak ini harusnya diumumkan melalui TOA milik
papa musik dan juga diumumkan di gereja. Sungguh semua orang harus tau.
Sore hari ini, keinginan berbuka
puasa di balai desa kembali tidak terlaksana. Karena tiba-tiba kami mendapatkan
tamu. Kami kedatangan bu Umi dan tim dari PSKK juga pak syaiful perwakilan
pemda. Waw. Setelah 2 hari kami menunggu pemda yang tak jadi datang, justru
kami kedatangan bu umi dan “gengnya”. Mereka berbuka puasa bersama dan memakan
masakan saya.
(guys, you have to know, aku grogi loh pas kalian makan)
Aih, hari
yang random sekali. Dua harian ini kami menunggu pemda, dan akhirnya kami malah
menyembelih ayam dan memasaknya.
Enyway saya bisa masak, so.. saya tidak bisa
dipoligami. Hehehe
Tidak ada komentar
Posting Komentar