Sabtu, 01 September 2012

pertemuan pertama


Hari ini, untuk pertama kalinya kami melakukan face to face secara langsung dengan warga di yakati. Kehadiran kami di Yakati memang mengundang perhatian masyarakat satu kampung. Dan karena kami akan banyak beristeraksi dengan meraka, maka kami tentunya harus bertatap muka secara massal dengan seluruh masyarakatnya. Secara officialy, kami memperkenalkan diri satu persatu dan kemudian mendegarkan keluh kesag masyarakat. Karena kami memang belum pernah survey sebelumnya, jadi kami tak tahu persis apa yang menjadi masalah di desa Yakati ini.
Ternyata, acara temu warga ini menimbulkan banyak masalah, bahkan masalah yang seharusnya bukan menjadi lingkup pembahasan kami sebagai mahasiswa.

acara akan segera dimulai


masyarakatnya cukup kooperatif

Tak bisa disalahkan juga, jika kemudian mereka mempunyai ekspektasi yang besar terhadap kami yang hadir disini. Setelah mendengar keluh kesah mereka ternyata, permintaan masyarakatpun beragam kepada kami. Ada yang meminta agar seluruh ilmu yang kami punya, kami tularkan untuk masyarakat hingga kemudian bisa membuat seluruh masyarakat disini menjadi pintar. Atau, ada pula yang minta agar kami bisa membuat hasil olahan makanan dari SDA yang ada. Ada yang menginginkan hasil alam dam kerajinan bisa diexport keluar. Hingga keminginan masayarakat agar dapat membuatt kepala desa yang telah menjabat 2 periode ini kembali ke yakati. Antara muluk dan berlebihan dan polos, semuanya jadi satu dan membuat saya saya tak paham. Satu yang saya ingat bahwa masayarakat papua secara umumnya tidak bisa diberi JANJI. Karena kalau diberi janji, sampai kapanpun mereka akan menagih.

Pertemuan dengan masyarakat kemudian membawa pada kesimpulan bahwa masalah krisis kepemimpinan menjadi masalah yang paling urgent untuk dipecahkan.
Well, ternyata ketidakamanahan kedudukan itu bisa terjadi bahkan didesa terpencil macam yakati ini. kepala desa yang seharusnya bertugas, justru meninggalkan tempat tugasnya dan tidak amanah dengan jabatannya. Hal ini tentu saja membuat seluruh aktifitas yang berkaitan dengan administrative menjadi tersendat dan bahkan bisa dikatakan mati. Masyarakat secara umunya tak tahu lagi harus mencari tahu dan menanyakan kepada siapa mengenai perkembangan kampung karena memang tidak ada komando yang jelas dari atasan. Kepada desa pergi tanpa meninggalkan pemimpin sementara, sementara itu inisiatif dari masyarakat masih sangat rendah. Ya, pada dasanya itulah yang menjadi masalah di yakati. Tidak ada arahan dan juga panutan yang jelas ini menyebabkan kekosongan kepemimpinan dan juga pembangunan.






Entah harus bagaimana sebetulnya program-program kami akan berjalan tanpa adanya kepala desa yang harusnya bertanggungjawab atas kami. Sempat merasa bingung juga, akan banyaknya masalah tapi terpentok pada keterbatasan kami ber10. Tapi melihat harapan yang besar dari masyarakat atas kami, kami menjadi bersemnagat untuk membantu dan mengabdi se maksimal yang bisa kami lakukan. Toh, kami masih dibantu oleh dibantu aparat desa yang bertugas, jadi, impossible is nothing lah pokoknya.

Ada hal yang lucu saat saya selesai mempresentasikan program seni budaya. Salah satu warga bertanya tentang ilmu komunikasi dan penerapannya. Jujur saya sempat bingun, dalam hati saya berakata “apa pula yang harus saya ajarkan ya, masa iya saya harus mengajarkan tentang copywriting” dan kemudian saya memutuskan untuk mengajarkan cara berbicara yang formal lengkap dengan cara menjabat tangan dan senyum yang baik dan benar yang langsung saya praktekan. Hahaha



Yang parah adalah dedi! Ada warga yang tanya tentang ilmu psikologi, dan dedi menjawab bahwa ilmu psikologi tidak begitu berpengaruh. Selepas dedi menjawab seperti itu, ada warga yang bernama kaka yotam yang berkata “jadi, saya akan menambahkan penjelasan tentag psikologi. Psiko itu berasal dari bahwa latin yang berarti jiwa. Sementara logos berarti pula ilmu. Jadi ilmu tentang jiwa” HAHAHAHA, dedy, ada yang ngetroll kamu tuh :p

ini nih kak yotam namanya. yang ngetroll dedi. dia mahasiswa teologi loh


sebentar lagi puasa, apa jadinya puasa pertama saya tanpa sinyal, televisi, adzan, dan beribu2 kilometer dari mereka yang saya rindukan..

Yakati, 18 Juli 2012

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall