Setelah berbuka puasa, seperti biasa kami akan melanjutkan
sholat magrib secara berjamaah. Namun saya memutuskan untuk tidak mengikuti
sholat magrib berjamaah, padahal seingat saya, sholat 5 waktu yang ada selalu
kami kerjakan berjamaan dan saya selalu ikut rombongan jamaah, namun hari itu
saya merasa harus pergi ke kamar mandi. Ya selain karena saya belum mandi sore,
saya merasa harus ke kamar mandi. Aneh bukan?
Senja yang cukup aneh memang, saya masuk ke kamar mandi dan
merasakan hawa aneh yang tetiba datang berbondong-bondong. Hawa dingin yang
membuat bulu kuduk berdiri. Tak lama, saya merasa perut saya seperti ada yang
meremas dari dalam. Yang saya pikirkan adalah ini bukan sakit perut karna ingin BAB. Sekuat
tenag saya menahan dan menlanjutkan mandi. Setelah berhanduk dan memakai baju
ganti, remasan di perut saya semakin terasa kencang. Akhirnya saya jongkok di
kloset. Saat jongkok rasanya ada melilit tubuh saya dari atas hingga bawah dan
perut saya seakan, akan terbelah. Sakit sekali. Sakiiiit sekaliiiii….
Dari luar saya dengan fauzan berteriak memanggil saya “ Peh,
kamu ntar bawa piringnya ke bawah ya.. aku mau mandi duluan, kamu sama ozi ya…”
“Peh..”
“Peh.. kamu ntar bawa ya?”
“ya.. oke yap eh…”
Secara hari itu saya, fauzan, dan ozi piket bersama.
Saya sepertinya telah berteriak untuk meminta fauzan
menggebrak pintu kamar mandi, namun fauzan sepertinya tidak mendengar.
Saat itu, perut saya semakin tak karuan. Saya mengucap
istigfar berulang-ulang kali.. dan menguatkan diri untuk berdiri.
Di dalam pintu kamar mandi, saya tak bisa membuka pintunya
dan berteriak histeris minta dibukakan pintu. Faizal, kormasit saya membukakan
hanya sebatas ditarik besi pembuka pintunya. Karena pintu kamar mandi di
pastori tidak memiliki tuas ataupun kunci.
Saya mendobrak pintu dan berteriak kencang memanggil
siapapun.
Untung akhirnya mbak fitri datang dan bertanya “kamu kenapa
Peh…”
saya juga bingung menjawab, karena saat itu yang saya pikir
adalah perut saya sakit luar biasa dan saya harus muntah.
Saya bukan orang yang gampang muntah padahal. Bagi saya muntah
adalah kegiatan paling melelahkan di dunia, karena seperti harus membuat
makanan yang sudah ada di lambung dimasukan hingga kerongkongan dan dikeluarkan
melalui mulut. Selain melelahkan juga menjijikan.
Saya pun muntah.
Muntah dengan aneh.
Muntahan yang keluar berwarna
merah pekat dan itu banyak sekali. Jumlah yang tidak sebanding dengan apa yang
saya makan saat buka puasa tadi. Setelah muntah, setengah raga saya seperti
terbang entah kemana dan saya tergolek lemas. Yang saya ingat hanya uda uki
atau ozi yang memapah saya hingga kamar.
Saya terbangun.
Di sekililing saya, ada fauzan, mbak mus, dan mas yoyo
dengan Al-qurannya.
Tak lama, mabk omi, faizal, dedi, dan uki mengintip dari
luar kamar.
“aku kenapa?”
Fauzan, mbak mus, dan mas yoyo malah balik bertanya “kamu
inget sesuatu ga Peh?”
“aku? enggak.. tapi aku capek banget. Capeeeek banget!”
Saya memang merasa kelelahan semalam setelah tak sadarkan diri, seperti habis mengelilingi desa yakati
100 kali.
Dan…
Saya baru tahu hari ini, di kapal ini, bahwa semalam saya
(entah apa namanya) kesurupan.
GREAT! ME? KESURUPAN? OH.. YOU MUST BE KIDDING ME!
Kapal Katinting, perjalanan ke bintuni 11 Agustus 2012
Tidak ada komentar
Posting Komentar