Minggu, 27 Mei 2012

Bufonophobia

"ada kodok tengoek tengoek di pinggir kali tengoek temgoek.
ingin kubunuh..
tengoek tengoek.
dan kubinasakan!"

Harusnya, lirik lagu kodok ngorek itu seperti itulah adanya.

Daftar kebencian saya nomer sekian setelah saya benci bisikan syaitan yang terkutuk adalah KODOK!
bahkan menulis namanya aja saya benci!

bagi saya, kodok adalah hewan terburuk rupa yang pernah diciptakan Tuhan di muka bumi ini.
matanya jelek, kakinya aneh, tubuhnya berlendir menjijikan, dan kemampuan melompatnya sungguh memuakan!
Oh Ya Tuhan, bukan maksud hati menjelekan mahlukMu, tapi apa mau dikata ketika saya dikarunia kemampuan untuk "fobia" pada kodok.

Bagi saya fobia itu lebih dari sekedar takut. Tapi juga benci.Ya kerena sangat takut itu jadinya bencikan?

Darimana awalnya?
well, saya juga lupa bagaimana awalnya, sampai saya harus dapat "anugerah" untuk fobia kodok.
tapi at least, saya bisa cerita beberapa kejadian memalukan yang terjadi karena kodok.

Yang paling saya ingat adalah ketika saya harus pingsan di LAB biologi saat SMP.
saat itu, di SMP saya ada praktikum untuk membedah hewan.
dan apesnya, kelompok saya mendapatkan kodok untuk dibedah!
saking stressnya, ditambah guru biologi yang tdak bersahabat dengan baik, akhirnya mau tidak mau, saya harus melakoni itu. Apa daya saya sebagai anak SMP kelas 2 saat itu juga kan.

Setelah stress berhari-hari menanti hari pembedahan hewan itu. Akhirnya hari itupun datang juga.
keringat dingin dan jantung berdebar kencang menjadi kawan saya.
Sialnya, kelompok praktikum saya itu terdiri dari 5 orang. ARTINYA, semuanya bekerja dalam pembedahan. Kalau tidak kan, saya akan mengemis-ngemis untuk jadi anggota yang bertugas mencatat hasil pembedahan aja.

Saat masuk ruang LAB, dan menuju meja lab, saya sudah melihat kodok dalam toples. Masih hidup dan yeyek sekali.
saya hanya terpaku terdiam melohat pemandangan tidak senonoh itu.
saya takuuuuuut sekali!
perlahan tapi pasti, kodok itu akan segera dibedah.
ketika kodok itu dikeluarkan dan ditaruh di papan bedah, saya hanya terdiam. Terdiam. TERDIAM.
dan setelah itu...
saya tak sadarkan diri.

saya pingsan!
saking takutnya. Saking jijiknya. Saking stressnya.

Dua.
waktu itu malam hari.
Dan karena rumah saya yang ada di kampung, maka ada tradisi untuk memberikan uang receh bagi yang ronda.
Begitupun rumah saya. Di pagar, ada semacam centelan dari botol aqua untuk menaruhkan recehan.
Suatu malam, ketika saya hendak memberikan uang receh di tempat itu, tangan saya tak sengaja menyentuh semacam "benda" yang berlendir. Bodohnya, bukannya saya lepas, malah saya remas dan remas. Hingga saya lihat sepasang mata yang sungguh.. sungguh.. hoooeeeeeek...
dan saya berteriak kencang sambil menangis masuk kedalam rumah.

tangis saya berhenti saat mama saya mengambil lidi dan menusuk-nusukannya pada tangan saya agar saya lupa rasanya.

Dan banyak lagi kejadian konyol yang tak sepatutnya ada karena fobia saya akan kodok!

Bahkan hingga kini, kalau saya pulang ke rumah, dan ada kodok yang berdiam diri di depan pagar. Maka saya akan mengsms orang rumah untuk mengusir kodok itu agar saya bisa masuk.

jadi, saya akan sangat membenci dan marah tujuh turunan yang punya ide ngerjain saya menggunakan media kodok. awas aja!

semoga kodok menjadi hewan yang langka dan akan punah dalam waktu yang tidak lama lagi. AMIN!!

#27
#31harimenulis

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall