Selasa, 15 Mei 2012

Hari Bersama Edith

"masa lalu itu ada, nyata, dan bukan untuk disesali" -edith-

di suatu waktu, saat saya merasa sangat galau dengan kegiatan asmara, saya sempat bertanya dengan seorang teman saya yang merupakan mahasiswi psikologi UGM bernama edith.

begini kira-kira percakapan kami

saya   : "edith, kenapa kok aku rasanya fobia komitmen banget ya?"
Edith  : "kok bisa mbak?" (padahal sebenernya, edith ini lebih tua dari saya loh..)
Saya   : "ga tau dith, aku tuh malah negerasa ga nyaman ada di sebuah hubungan"
Edith  : "kok bisa mbak? padahal kalau perempuan itu, baiasnya lebih banyak minta kepastian hubungan loh"

lantas dia diam dan berkata
"pasti ada hubungannya sama masa lalu mbak ipeh deh"

dan ya jadilah saya bercerita panjang lebar tentang masa lalu saya.

uniknya, saat saya sudah selesai bercerita, edith belum bisa menjawab pertanyaan saya tentang "saya ini kenapa". Menurut dia, cerita saya ini belum lengkap. Awalnya saya bingung, karena menurut saya, saya sudah menceritakan secara lengkap apa yang ingin saya ceritakan.
Edith berkata "mbak, kayaknya masih ada mbak tutupin deh. Ya terserah sih mbak, apa mbak mau cerita apa enggak. Tapi. kalau kayak gini aku jadi ga tau akar masalahnya"
Dan dengan kemampuannya yang entah bagaimana, Edith bisa memaksa saya untuk bercerita.
Dan ternyata benar, saya menyembunyikan satu part dari masa lalu. Dan setelah saya ceritakan, Edith langsung bisa menganalisis ada apa dengan saya.

Akar masalah saya terletak di masa lalu.
Selama ini ternyata saya tidak berdamai dengan masa lalu.

***

Berbicara dengan Edith di hari itu membuat saya paham tentang pentingnya memaafkan masa lalu. Edith menyadarkan saya tentang pentingnya berdamai dengan masa lalu. Edith memberitahu, bahwa apa yang kita dapatkan di masa depan adalah apa yang kita simpan dimasa lalu. 
Kadang sulit memang bagi kita berdamai dengan masa lalu. Karena kita fikir, hal itu tidak cukup baik untuk dimaafkan atau untuk dikenang. Sebagian orang mungkin juga mungkin merasa telah memaafkan masa lalu, tapi ternyata tidak cukup berbesar hati untuk berdamai dan menerima masa lalu itu dengan baik. 

Seperti saya yang berusaha menghapus beberapa bagian dari masa lalu saya dan berharap itu tidak terjadi. Satu luka yang membuat saya menyalahkan keadaan dan semua orang yang berada dalam lingkungan itu. Ternyata selama ini saya tidak berdamai dengan itu semua. Dan itu menyiksa ternyata.

Benar kata Edith bahwa menerima dan berdamai dengan masa lalu itu adalah cara menjalani masa depan dengan baik. 
Hidup dengan menyeret masa lalu adalah bukan alternatif hidup yang menyenangkan. Dan saya tak lagi mau menjalani hidup dengan berkutat dengan masa lalu.

hari bersama Edith membuka mata dan hati saya untuk berdamai dengan masa lalu saya.
saat inilah saya perlu untuk menyapa masa lalu dan berdamai seutuhnya. Saya menerima dengan ikhlas semua bagian masa lalu saya sebagai sesuatu yang akan saya pelajari selamanya. Tapi saya berjanji untuk tidak lagi mengkambinghitamkan masa lalu untuk semua hal yang terjadi di masa kini.



NB : tulisan ini saya persembahkan untuk Edith. Semoga cepat lulus ya :)

#15
#31harimenulis

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall