Semua orang pasti punya nama.
Kalau tidak, bisa dibayangkan betapa susahnya ketika
satu sama lain harus saling memanggil dengan “anu..” “eh..” “kamu…” “mas..” “mbak..”
Dibalik nama, pasti ada makna.
Dan jangan salah, pemberian nama ini bukan hal yang
mudah.
Saya ingat ketika seorang tetangga, hendak melahirkan anak pertamanya.
Dia sampe harus membuat votting yang melibatkan keluarga kami, walau hanya
sebagai tetangga. Dan waktu anaknya lahir, dalam hati saya berkata : “wah, namanya hasil vottingan. Musyawarah
mufakat aja lewat. Luar biasa bayi ini..”
Lagi, seorang sepupu jauh saya yang umurnya sudah
jauh diatas saya juga akan melahirkan anak pertama. Dia sampai minta orang
pintar untuk mencarikan nama untuk anaknya. Tidak tanggung-tanggung orang
pintarnya ada di Malaysia .
Katanya kalau besar supaya bisa jadi orang sukses.
Atau ketika teman saya yang berasal dari Jakarta
dan sudah mempunyai anak menamai anaknya dengan nama mantan pacarnya. Dan
dengan tenangnya berkata “kalo gue ga
bisa dapetin dia, gue bikin aja anak yang semuanya persis sama dia, termasuk
namanya”
Berlebihan sekali.
Atau nama yang sesuai nama bulan tapi justru tidak
lahir dibulan itu, melainkan karena orangtuanya menikah dibulan itu. hahahaha
:D
Nama hari
Nama bunga
Dan banyak lagi.
Saya pun iseng bertanya pada mama saya akan arti nama
saya yang panjang ini.
Jadi, nama saya ini mempunyai makna anak perempuan lemah lembut dan
dinanti kebahagiaannya.
Siti itu berarti anak perempuan dari bahasa arab.
Alifah itu lemah lembut dari bahasa arab (Saya tau, ini meragukan)
Farhana itu kebahagiaan
Dan dinanta itu plesetan dinanti.
Dan jadilah saya, seorang yang tidak lemah lembut dan sangat bahagia. Hahahaha :D
Nama itu sakral. Kalau menurut mbak pulung, ibarat brand nama itu
ibarat pesan intangible yang ada didalamnya. Orang berharap bisa mempuyai arti
sama seperti namanya.
Yang mempunyai arti nama ARTA mungkin orangtuanya
berharap dia kelak menjadi orang kaya.
Yang mempunyai arti nama endang mungkin orangtuanya
berharap dia jadi anak yang dapat menyenangkan hati banyak orang (endang, plesetan
dari kata enak)
Dan banyak lagi.
Mungkin karena saya belum memiliki anak, jadi belum
tau bagaimana rempongnya harus memilihkan nama untuk sebuah denyut yang
berdetak.
Well, apapun nama kita, percayalah itu sudah melewati proses
pemikiran yang tidak sederhana. Dan dibalik itu ada seribu doa dan harap yang
melekat.
NB : tulisan ini saya dedikasikan untuk semua orang yang mempuyai nama
dan membuktikan kalau dirinya memang mempunyai “nama”
#4
#31harimenulis
Tidak ada komentar
Posting Komentar