Selasa, 01 Mei 2012

memulai


Memulai itu jadi satu langkah yang unik.

Tidak mudah tapi juga tidak sulit.
Penting namun sering diabaikan.

Bagi saya, memulai sama artinya dengan mengumpulkan niat. Mengumpulkan keberanian untuk akhirnya dilakukan.
Sama seperti ketika akhirnya saya memutuskan untuk memulai menulis dalam (apa namanya, acara? Campaign?) 31 hari menulis ini. Bukan hal yang mudah juga. Bukan masalah bisa menulis atau tidak, tapi saya khawatir dengan konsistensinya.

Ya itu pula yang menjadikan “memulai” ini terkadang menjadi aktivitas yang berat. Karena di awalnya, kita kerap berfikir hal-hal, yang justru akan mengikis niat itu sendiri. Dan “memulai” menjadi hal yang tidak sederhana lagi.

Ada istilah yang kemudian mengatakan bahwa, ketika kita gagal merencanakan maka kita sudah merencanakan gagal. Ya, saya setuju dengan istilah itu. Tapi butuh tenaga dan niat untuk kemudian memulai merumuskan rencana. Bahkan sekedar untuk merumuskan rencana saja, perlu niat, dan itu perlu dimulai.

Akan menjadi lebih menarik, jika memulai ini disandingkan dengan konsep percintaan.

Hahahaha…
coba perhatikan, berapa orang yang takut untuk sekedar memulai untuk menyapa gebetannya?

Berapa banyak orang yang berani untuk kembali membuka hati?

Berapa orang yang terlalu takut untuk memulai sebuah hubungan?

Atau, berapa orang yang gamang untuk memulai mengakhiri hubungan.

Dalam kondisi di kelas aja deh, Berapa mahasiswa yang takut untuk mulai bertanya dalam diskusi kelas?

Betapa memulai itu menjadi begitu rumit dipikiran setiap orang.

Ada sebuah ketakutan. Ketakutan yang tersembunyi.

“gimana kalo gagal. Ah mending enggak deh”

“gimana kalo ditolak, ah mending cari yang lain aja ah”

“gimana kalo pertanyaan saya ga mutu? Ah mending enggak ah..”

Seperti mungkin ketakutan saya untuk mengikuti 31 hari menulis.

“duh, selo enggak ya?”
Padahal ya sesimpel memulai menulis, apa saja itu, dan jika kelupaan maka bersiap untuk mengeluarkan 20 ribu. Ya sesederhana itu saja. Dan mulailah.
 
Namun bagaimana dengan mimpi?
Yang konon katanya, adalah ruh dari adanya hidup ini.
Apakah mimpi itu juga perlu sebuah permulaan?
Bagi saya jawabannya adalah iya. Bahkan untuk memulai untuk bermimpi, kita butuh untuk memulai, jangan takut. Mulailah untuk sekedar bermimpi, mulailah untuk sekedar merumuskan rencana hidup, dan mulailah untuk melakukan semua mimpi itu, satu demi satu.

Karena tidak akan ada akhir, tanpa sebuah awal.



Konsekuensi itu akan selalu ada. namanya juga hidup. Tapi capek juga, kalo belum apa-apa kita sudah harus ribet mikirin tentang konsekuensi.

Untuk itu, memulai butuh keberanian!

Sesederhana itu saja sebetulnya.

NB : tulisan ini, saya dedikasikan bagi orang-orang yang telah berani untuk memulai mimpinya dan menularkannya untuk semua orang.

#1
#31harimenulis

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall