Memulai itu jadi satu langkah yang unik.
Tidak mudah tapi juga tidak sulit.
Penting namun sering diabaikan.
Bagi saya, memulai sama artinya dengan mengumpulkan
niat. Mengumpulkan keberanian untuk akhirnya dilakukan.
Sama seperti ketika akhirnya saya memutuskan untuk
memulai menulis dalam (apa namanya, acara? Campaign?) 31 hari menulis ini.
Bukan hal yang mudah juga. Bukan masalah bisa menulis atau tidak, tapi saya
khawatir dengan konsistensinya.
Ya itu pula yang menjadikan “memulai” ini terkadang
menjadi aktivitas yang berat. Karena di awalnya, kita kerap berfikir hal-hal,
yang justru akan mengikis niat itu sendiri. Dan “memulai” menjadi hal yang tidak
sederhana lagi.
Ada istilah yang kemudian mengatakan bahwa, ketika
kita gagal merencanakan maka kita sudah merencanakan gagal. Ya, saya setuju
dengan istilah itu. Tapi butuh tenaga dan niat untuk kemudian memulai
merumuskan rencana. Bahkan sekedar untuk merumuskan rencana saja, perlu niat,
dan itu perlu dimulai.
Akan menjadi lebih menarik, jika memulai ini
disandingkan dengan konsep percintaan.
Hahahaha…
coba perhatikan, berapa orang yang takut untuk
sekedar memulai untuk menyapa gebetannya?
Berapa banyak orang yang berani untuk kembali
membuka hati?
Berapa orang yang terlalu takut untuk memulai sebuah
hubungan?
Atau, berapa orang yang gamang untuk memulai
mengakhiri hubungan.
Dalam kondisi di kelas aja deh, Berapa mahasiswa
yang takut untuk mulai bertanya dalam diskusi kelas?
Betapa memulai itu menjadi begitu rumit dipikiran
setiap orang.
Ada sebuah ketakutan. Ketakutan yang tersembunyi.
“gimana kalo gagal. Ah mending enggak deh”
“gimana kalo ditolak, ah mending cari yang lain aja
ah”
“gimana kalo pertanyaan saya ga mutu? Ah mending
enggak ah..”
Seperti mungkin ketakutan saya untuk mengikuti 31
hari menulis.
“duh, selo enggak ya?”
Padahal ya sesimpel memulai menulis, apa saja itu,
dan jika kelupaan maka bersiap untuk mengeluarkan 20 ribu. Ya sesederhana itu
saja. Dan mulailah.
Namun bagaimana dengan mimpi?
Yang konon katanya, adalah ruh dari adanya hidup
ini.
Apakah mimpi itu juga perlu sebuah permulaan?
Bagi saya jawabannya adalah iya. Bahkan untuk
memulai untuk bermimpi, kita butuh untuk memulai, jangan takut. Mulailah untuk
sekedar bermimpi, mulailah untuk sekedar merumuskan rencana hidup, dan mulailah
untuk melakukan semua mimpi itu, satu demi satu.
Karena tidak
akan ada akhir, tanpa sebuah awal.
Konsekuensi itu akan selalu ada. namanya juga
hidup. Tapi capek juga, kalo belum apa-apa kita sudah harus ribet mikirin
tentang konsekuensi.
Untuk itu,
memulai butuh keberanian!
Sesederhana itu saja sebetulnya.
NB : tulisan ini, saya dedikasikan bagi orang-orang
yang telah berani untuk memulai mimpinya dan menularkannya untuk semua orang.
#1
#31harimenulis
Tidak ada komentar
Posting Komentar