Senin, 21 Mei 2012

Di sini, lupa itu sah!

"tapi sepertinya, melupakan masa lalu adalah hal yang sering dilakukan di Indonesia" -barrack obama-

Apa yang harus kita ucapkan ketika ada orang asing yang masuk ke Indonesia?
"selamat datang di nengara kepulauan"
"selamat datang di negara katulistiwa"
"selamat datang di daerah tropis"
"selamat datang di negara koruptor"
Jika itu terlalu mainstream untuk dikatakan, ganti saja dengan "selamat datang di negara peLUPA




apa saja, dalam bidang apa saja, rasanya Indonesia paling mudah melupakan. Dan jika sudah diingatkanpun, hanya sebatas teringat sesaat dan kemudian seperti angin, berlalu lagi sebelum kemudian burung membawa kabar itu, dan kemudian ingat sebentar, lalu lupa lagi. Begitu seterusnya.
Jika konteksnya manusia saja, pelupa adalah tipe orang yang menyebalkan bagaimana jika negara?

memangnya apa yang sudah Indonesia lupakan?
Saya juga tidak tahu. Bahkan jika pertanyaannya diganti dengan, "apa yang sudah Indonesia ingat?" sajapun, saya masih tidak bisa menjawab.
Ya inilah negara yang bisa mudah melupakan sesuatu dan mengambangkan sesuatu.

Tayangan kick Andy minggu lalu adalah cerminan bahwa Indonesia betul-betul telah menjadi negara dengan hobi melupakan paling besar di dunia. Bagaimana mungkin, seorang yang telah mendesain logo jakarta dan juga telah memperindah Jakarta dengan desain-desainnya kemudian dilupakan. Bahkan diberikan penghargaan saja tidak.
bagiamana mungkin guru yang telah banyak membantu saat jaman orde lama kemudian harus hidup tidak layak. Padahal dimasa itu, dia hampir mengajar seluruh masyarakat Indonesia.
Berapa pensiunan pahlawan yang harus hidup dibawah garis kemiskinan. Padahal, jika tidak ada mereka mungkin saat ini kita masih terjajah.
ATAU simplenya deh. Kita bisa lupa tentang PAK RADEN! astaga..itu karena kita lupa? sengaja melupakan atau apa?
lah, jadi sebenarnya yang kita ingat selama ini apa?

Atau jika saya tanya, bagaimana kabarnya kasus munir?
atau bagaimana kabarnya seorang pelajar asal Indonesia yang mati dibunuh oleh orang malaysia?
bagimana nasibnya para TKI yang dianiyaya?
lupa?
dan berani taruhan, Sukhoipun hanya dalam hitungan sekejap mata juga akan dilupakan.
terbaca sangat skeptis ya tulisan saya kali ini, tapi sungguh betapa kita tak pernah punya daya untuk menyelesaikan masalah hingga selesai.
bahkan untuk sekedar mengingat peran orang-orang di masa lalu saja, rasanya kita begitu tertatihnya.
Lalu apa yang akan kita ingat kedepannya tentang masa kini? apakah kita akan mengingat tentang istilah "alay" "galau" dan semua bahasa trendi itu?

hari ini, tepat di tahun 1998, Indonesia melakukan satu loncatan yang hingga kini manfaatnya begitu terasa. Yakni DEMOKRASI. Saya pribadi di tahun itu masih berumur 7 tahun. Memori saya lemah sekali tentang kejadian itu, tapi kalau saya liat di media, saya bisa menangkap pesan bahwa 21 mei 1998 adalah satu langkah penting bagi Indonesia. Jika tidak, mungkin kita masih ada dalam cengkraman orde baru. Siapa yang tahu kan?


tapi seberapa besar Indonesia mengingat itu?
seberapa besar kita belajar dari kisah masa lalu?
apakah Indonesia betul-betul sudah menutup kisah dan kasus yang terjadi di tahun 1998?
dan mau sampai kapan kita hanya terangguk-angguk melihat media jika sekilas kita diingatkan tentang itu.

Dengan mudahnya Indonesia bisa melupakan orang-orang, kejadian, peristiwa, yang terjadi di masa lalu. Padahal tanpa kejadian masa lalu yang terjadi, saat ini mungkin tidak akan terjadi seperti saat ini.
Jika sudah begini, apakah sama artinya dengan apa yang kita lakukan saat ini akan menjadi angin lalu di masa depan.
apakah nantinya juga tidak ada yang mau mengingat karya generasi saat ini di masa depan?
tidak ada yang mau peduli pada kesalahan yang dilakukan di saat ini untuk perbaikan masa depan?
Bahkan lebih parahnya, mungkin tidak ada yang mau belajar dari yang terjadi saat ini untuk paduan hidup di masa depan.
Dan hanya menyerahkan pada jawaban "ah, saya kurang paham kejadian itu" dan lupa. dan ya sudah.

mau menyalahkan siapa atau apa lagi?
media? karena punya kekuatan untuk mengaggenda settingkan informasi?
pemerintah?
atau apa lagi yang kita cari untuk pelampiasan?
Ah sudahlah kita yang salah. Kita berada pada budaya yang salah.

Mengingat sesuatu itu harus menjadi habbit.
Karena mengingat masa lalu itu sama artinya dengan menghargai masa lalu.
Dan menghargai masa lalu itu sama artinya dengan belajar dari masa lalu.

sesederhana itu saja.

Ironis ya negri ini.
:)

NB : Saya haturkan terimakasih pada seluruh orang yang pernah berkorban dan berkarya untuk Indonesia.

#21
#31harimenulis

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall