Kamis, 17 Mei 2012

Anak ngeyel

Cerita berawal dari rengekan anak usia 8 tahunan yang kala itu tengah menagih janji ibunya untuk mengajaknya berenang.
Seorang anak yang tak pernah akrab dengan aktifitas luar ruangan sehingga menjadikannya tak bisa dan tak paham bagaimana menaklukan alam.
Fisik saat kecilnya yang memang lemah menjadikan dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku dan televisi.

Hingga suatu ketika, si Ibu berjanji pada si anak yang apabila dia berhasil menjadi jawara kelas, akan dibawa untuk pergi berenang. Janji gambling yang entah sengaja atau tidak diucapkan oleh si Ibu karena si Ibu tau, itulah aktifitas yang sangat didambakan si anak. Walaupun dengan resiko, si anak pasti akan sakit setelah itu.

Hari yang dimaksudpun tiba. Si anak benar-benar mendapat jawara kelas, dan menagih janji si Ibu.
tapi, di hari itu, alam sedang tidak ramah. Awan sedang bergerombol dan membuat cuaca hari itu sangat mendung. Si Ibu pun melakukan negosiasi dengan si Anak untuk menggantinya dengan kegiatan lain.
Tapi janji adalah hutang, begitu pikir si anak.
dan si Ibu pun harus mengiyakan.
Karena tidak mempunyai baju renang, si Ibu itupun mengajak si anak untuk membeli baju renang. Kala itu, Matahari Departement store masih menjadi pilihan. Saat membayar di kasir. Ada satu percakapan cukup aneh yang terjadi

Kasir : "mau berenang ya Bu?"
Ibu : "iya mbak"
Kasir : "wah, ini hari jawa yang pamali kalo main air loh Bu"
Ibu : "oh ya"
Kasir : "iya, main yang lain aja" (sambil melirik si Anak dengan tatapan manis yang dibalas dengan tatapan sinis oleh si anak"

karena merasa kalah berdebat dengan si Anak, akhirnya si Ibupun mengalah untuk membiarkan anaknya berenang.

dan apesnya, saat itu tidak ada satupun kolam renang yang buka. Karena hari itu hari libur memang.
dan pilihan si Ibu adalah jatuh pada salah satu hotel multinasional, tempat si Ibu ini mempunyai member.

Dengan kesabaran dan kelembutan hatinya, si Ibu ini tetap mendampingi si Anak untuk berenang.

Tapi lagi-lagi, si Anak tidak mendapatkan keberuntungannya. Di hotel itu, tidak ada kolam renang yang dikhususkan untuk anak-anak. Dari banyaknya kolam renang yang ada, semuanya merupakan kolam renang dewasa dengan kedalaman 3 sampai 5 meter.

Si anak tidak kehilangan akal, dia tetap menyusuri lingkungan hotel itu dan kemudian dia menemukan satu kolam renang yang mempunyai bibir kolam dengan kedalaman yang dangkal.
Tanpa banyak fikir, si Anak itu langsung bermain di kolam itu.
karena sore semakin mendung, si Ibu pun meminta si Anak untuk naik. Tapi si anak belum puas dan masih bermain air di kolam renang.
si anak begitu ngeyel!

Si ibupun menyerah dan memberikan anak itu waktu 15 menit.

di kolam yang sama dengan si anak itu bermain, ada 3 orang yang sedang melakukan pernafasan dalam air.
dan di kolam itu juga, ada sebuah tangga peralihan anatara kolam cetek dan kolam dalam.
Si anak ini benar-benar memiliki rasa pengetahuan yang tinggi juga rasa petualangan yang tinggi. Sebelum dia mengakhiri permainan kolamnya, dia ingin bermain di tangga itu. Padahal dia tau, dia tidak bisa berenang.

perlahan, serambi dia memegang tangga, dia turun perlahan.
tapi NAAS.
tangga terakhir yang hendak dia pijak ternyata hanya fana.
Dia merasa masih ada satu tangga lagi, tapi ternyata tidak.


si anak itu jatuh dan tenggelam.
setelah mengucapkan tiga kali kata "tolong" si anak tidak sadarkan diri.


***

Saat terbangun, si anak telah berada ICU rumah sakit swasta dengan TIGA selang di tubuhnya.
Selang infus, selang oksigen, dan selang dari hidung yang langsung masuk ke lambung untuk mengeluarkan air.
Tak hanya itu, si anak harus membayar ke-ngeyelan-nya dengan melihat tampang si Ibu yang begitu sangat pucat dengan mata sembab.
***

Setelah kejadian itu, si anak harus menanggung malu dengan pembuluh darah mata yang pecah. Sehingga matanya hanya terdapat dua warna, hitam dan merah.
Dan hingga dewasa si Anak harus mengalami traumatis tentang air dan bau kaporit.

Demi apapun juga, si Anak menyesal karena telah mengabaikan seluruh peringatan ibunya. 
Ada janji yang terbesit dalam hati si anak, bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya nanti. Dia akan mendengarkan dengan seksama semua hal yang dinasihati oleh ibunya. Sekecil dan sesepele apapun peringatan dan nasihat si Ibu.
karena si anak itu yakin, doa dan percakapan seorang ibu adalah perpanjangan tangan Tuhan.
***
Dan, si Anak itu adalah saya!

NB : tulisan ini saya dedikasikan untuk semua orang yang masih merasa mengabaikan peringatan seorang ibu.

#17
#31harimenulis


3 komentar

adityas mengatakan...

ini cerita fiktif kan peh?

adityas mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
call me ipeh mengatakan...

enggak adi. ini beneran. -__- cuma aku tulis kayak fiktif aja.

© RIWAYAT
Maira Gall